Indonesia Ikut Bangun Masa Depan Pendidikan Dunia

NEW YORK - Lebih dari 20 pemimpin dunia termasuk lima mantan presiden dan perdana menteri serta tiga peraih Nobel, bergabung ke dalam Komisi Internasional Pendanaan Kesempatan Pendidikan Global (Komisi) untuk mengatasi permasalahan kurangnya pendanaan terhadap pendidikan di seluruh dunia. Komisi ini, yang didukung oleh Pemerintah Norwegia dan PM Erna Solberg, akan mengkaji masa depan pendidikan mengingat saat ini terdapat 124 juta anak putus sekolah di seluruh dunia.
Pembentukan Komisi ini datang pada saat yang tepat di saat jumlah anak putus sekolah tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Faktor lainnya adalah meningkatnya konflik sosial sehingga memaksa banyak anak untuk menjadi pengungsi tanpa adanya kejelasan masa depan bagi pendidikan mereka. Komisi ini akan mengeksplorasi cara pendidikan untuk membantu wujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera, serta keamanan dan ketahanan global yang lebih baik untuk 15 hingga 20 tahun ke depan.
Selain PM Norwegia, Komisi ini juga diprakarsai oleh Presiden Chile Michelle Bachelet, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Malawi Peter Mutharika, dan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova. Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, Gordon Brown, didapuk sebagai Ketua Komisi.
PM Solberg, menyampaikan, pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk memerangi kemiskinan. Dia meyakini, mendidik seorang anak perempuan adalah sebuah investasi paling efektif untuk mewujudkan pembangunan.
"Kalau Anda mendidik seorang anak perempuan, Anda mendidik seluruh bangsa. Saya yakin Komisi ini akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan untuk menjadikan pendidikan sebagai elemen utama di dalam pembangunan pada 2030 dan seterusnya," tutur Solberg.
Berikut adalah jajaran tokoh yang terlibat di dalam Komisi ini:
1. Anant Agarwal, CEO EdX
2. Jose Manuel Barroso, Mantan Presiden Portugal, Komisi Eropa
3. Felipe Calderon, Mantan Presiden Meksiko
4. Kristin Clemet, Managing Director Civita
5. Aliko Dangote, CEO Dangote Group
6. Julia Gillard, Pimpinan Kemitraan Global untuk Pendidikan dan Mantan PM Australia
7. Baela Raza Jamil, Direktur Program untuk Idara-e-Taleem-o-Aagahi
8. Lee Ju-ho, Mantan Menteri Pendidikan Korea Selatan
9. Jim Kim, Presiden Grup Bank Dunia
10. Anthony Lake, Direktur Eksekutif UNICEF
11. Jack Ma, Pendiri dan Pimpinan Eksekutif Alibaba Group
12. Graca Machel, Pendiri Graca Machel Trust
13. Strive Masiyiwa, CEO Econet Wireless
14. Teopista Birungi Mayanja, Pendiri Persatuan Guru Nasional Uganda
15. Ngozi Okonjo-Iweala, Mantan Menteri Keuangan Nigeria
16. Kailash Satyarthi, Pendiri Bachpan Bachao Andolan
17. Amartya Sen, Dosen Harvard University
18. Theo Sowa, CEO Badan Dana Pembangunan Wanita Afrika
19. Lawrence Summers, Presiden Emeritus, Harvard University; Menteri Keuangan ke-71 pada Masa Kepemimpinan Presiden Bill Clinton dan Direktur Dewan Perekonomian Nasional pada Masa Kepemimpinan Presiden Obama
20. Helle Thorning-Schmidt, Mantan PM Denmark
Menteri Kerjasama Internasional dan Pembangunan untuk Uni Emirat Arab, Sheikha Lubna Al Qasimi, akan menghadiri sesi peresmian Komisi ini. Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB, Jeffrey Sachs, akan ambil bagian pada sesi pertemuan ketiga. Malala Yousafzai didapuk sebagai salah satu panelis remaja Komisi ini.
Komisi akan menggelar pertemuan pada 29 September pada Sidang Umum PBB untuk memulai analisis perekonomian agar dapat menginspirasi dan mengajak para pemimpin dunia untuk terlibat di dalam prakarsa ini. Pada September 2016, Komisi ini akan melaporkan seluruh hasil kerja kepada jajaran Pemrakarsa dan Sekjen PBB Ban Ki-moon, yang sepakat untuk menerima laporan tersebut dan menindaklanjuti segala rekomendasi yang termaktub di dalam laporan tersebut.
(rfa) http://news.okezone.com

STAI ALMAARIF CIAMIS

STAI ALMAARIF CIAMIS

GALERI WISUDA KAMPUS