Memahami Hakikat Wukuf di Padang 'Arafah Dengan Menjaga dan Memaknai Keteguhan dalam Shalat Wustha'

Oleh: K. Mugni Muhit, S.Ag, S.Pd., M.Ag.

(Dosen STAI AL-Ma'arif Ciamis)


الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْاٰنَ  أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَالْفَجْرِ، وَلَيَالٍ عَشْر، وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (الفجر: ١-٣ )

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah..

Alhamdulilah hingga hari jumat ke 2 1443 H bertepatan dengan hari tarwiyah, menyongsong hari 'arafah yang diistimewakan dan idhul adha Agung 10 Dzulhijjah mendatang. Meskipun waktu tidak bersamaan dengan Arab Saudi, ibadah-ibadah sunat yang kita lakukan, secara fiqih tetap sah, insyaAllah jika ditunsikan ikhlas dan khusyu', niscaya maqbul.

Syukur luar biasa kita masih diberi kekuatan, kemauan, dan kesempatan untuk beribadah dengan nyaman. Melalui ibadah jumat ini marilah kita selalu meningkatkan mutu ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan memperbanyak ibadah dan amal shaleh.

Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam sekaligus fondasi agama kita ini. Ibadah ini hukumnya wajib, tentu saja bagi umat Islam yang telah mencapai istitha'ah, memiliki kemampuan material dan immaterial, termasuk sehat dan kuat fisiknya. Layaknya ibadah lain, ibadah haji pun mempunyai beberapa rukun yang harus dikerjakan, salah satunya adalah wukuf, yang tidak boleh ditinggalkan sama sekali.

Dalam perspektif lughawi, wukuf artinya 'berhenti'. Maksudnya, berhentinya seluruh aktivitas jamaah haji untuk berdiam diri di Padang Arafah, berkontemplasi (takhannuts), dan tafakur atas kebesaran dan keagungan Allah, dengan sejarah dipertemukannya Sayyifina Adam As dan Sayyidah Hawa di jabal rahmah padang 'arafah. 

Di saat pelaksanaan wukuf, semua jamaah haji akan bermalam di tempat padang 'arafah yang suci dan bersejarah itu. Secara hakikat, dalam pelaksanaan wukuf, terdapat tiga makna esensial dan sangat penting dipahami, yaitu: zawal, wukuf, dan arafa.

Pertama zawal; zawal ini berarti pergeseran dari terang menuju gelap, layaknya pergerakan dan perputaran matahari. Hal ini diibaratkan perjalanan manusia menuju alam akhiratnya, yang gelap namun kemudian terang kembali, sebab pada hakikatnya hidup yang sesungguhnya manusia adalah di akhirat kelak. Kedua, wukuf, berarti tekad yang kuat, niat ysng bulat untuk memutus hubungan dengan keburukan dan maksiyat, baik yang terdapat dalam hati, pikiran, maupun perbuatan dan tindakannya. Dan yang ketiga adalah 'arafa. 'Arafa artinya sadar  dan yakin bahwa hidup dunia hanya sementara, lewat sekejap saja, dan sejatinya hanya menuju kepada kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.

Itulah sebabnya, hari Arafah begitu istimewa karena pada hari itu Allah Swt beserta para malaikat menyaksikan hamba-Nya yang berkumpul di Padang Arafah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

"Tidak ada satu hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari neraka pada hari itu daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka (para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada para malaikat. Dia berfirman: 'Apa yang dikehendaki oleh mereka ini?'" (HR Muslim nomor 1348, dari Aisyah).

Hadirin Jamaah jumat hafidzakumullah..

Agar wukuf benar-benar bermakna dan maqbul di sisi Allah swt, maka hindari kekeliruan spiritual di padangarafah seoerti:

1. Wukuf di luar wilayah Padang Arafah.

2. Keluar dari Padang Arafah, sebelum matahari terbenam.

3. Menghabiskan waktu untuk mendaki Jabal Rahmah dan menuliskan prasasti hingga tidak fokus beribadah.

4. Menyibukkan diri dengan berjalan-jalan dan berbelanja.

5. Menyibukkan diri berfoto-foto ria.

6. Berdoa menghadap Jabal Rahmah dan membelakangi kiblat. 

Oleh karena itu, saat melakukan wukuf, umat Islam  yang sedang ibadah haji, diharuskan membaca doa-doa dan wirid yang waarid. Tetapi sepele, remeh dan kecil sekali jika saat wukuf di padangarafah meminta jodoh, naik jabatan dan kedudukan, minta kekayaan dan kesuksesan duniawi. Nabi Agung Muhammad Saw senantiasa meminta kepada Allah sesuatu yang besar, agung dan.mulia, sebagaimana dalam doanya:

اللهم عإني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

"Ya Allah berilah aku ladzat al-dzikir, syukur, dan kebaikan ibadah kepada-Mu".

Inilah pemintaan tertinggi yang sebaiknya kita mohonkan kepada Allah, meminta jadi ahli dzikir, ahli syukur, dan ahli kebajikan.

Dalam hadits riwayat ibn Mas'ud disebutkan:

عن عبد الله بن مسعود رضى الله عنه قال:

نام رسول الله صلى الله عليه وسلم على حصير فقام وقد أثر فى جنبه، فقلنا :

“يارسول الله لو اتخذنا لك وطاء”؟

فقال: “ما لى وما للدنيا !

ما أنا فى الدنيا الا كراكب استظل تحت شجرة ثم راح وتركها”.

(صحيح الترمذى ٢٣٧٧).

“Sahabat dekatnya Rasulullah Saw bernama Abdullah Bin Mas’ud RA menuturkan, bahwa suatu saat Rasulullah Saw bangun dari tempat tidurnya, terlihat jelas oleh Abdulah ada bekas tikar di badan Rasulullah Saw.

Lalu Abdullah menawarkan kepada beliau:

“Yaa Rasulallah, bagaimana kalau aku buatkan kasur empuk untukmu?.

Rasulullah Saw menjawab;

“Tidak perlu Abdullah! apalah arti dunia ini bagiku. Aku di dunia ini hanya seperti seorang pengembara yang terus berjalan, kemudian berhenti sejenak di bawah sebuah pohon untuk berteduh, lalu pergi meninggalkanya”.

(Hadits Sahih Riwayat Al ImamnAt Tirmidzi no. 2377).

Pesan suci dari hadits tersebut adalah istiqomah, tunduk dan setia kepada Allah. Yakin bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah transit sesaat, untuk pergi dan kembali kepada Sang Pencipta.  Oleh karena itu dalam kehidupan dunia yang sekejap ini, isi dan padati, penuhi sebanyak-banyaknya dengan ibadah dan amal sholeh. 

Ibadah dan amal sholeh terbaik yang mesti kita jaga adalah shalat lima waktu. Nabi menjelaskan, shalat itu adalah tiang agama, siapa yang menegakannya maka telah menegakan agama, siapa yang meninggalkannya maka ia telah menghancurkan agama.

Bahkan dalam riwayat lain disebutkan, jika seorang muslim sering menunda-nunda sholat, maka bersiap siaplah untuk ditangguhkan dan tertunda rezeki serta segala urusan dan kebutuhannya :

“ﻣﻦ ﺗﻌﻮﺩ ﻋﻠﻰ ﺗﺄﺧﻴﺮ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺭﺟﻞ ﺍﻭ ﺇﻣﺮﺍﺓ ،

ﻓﻠﻴﺘﻬﻴﺄ ﻟﻠﺘﺄﺧﻴﺮ ﻓﻲ ﻛُﻞ ﺃﻣﻮﺭ ﺣﻴﺎﺗﻪ !

ﺯﻭﺍﺝ ، ﻭﻇﻴﻔﺔ ، ﺫُﺭﻳﺔ ، ﻋﺎﻓﻴﺔ ، ﺗﻜﻤﻠﺔ ، ﺗﻮﻓﻴﻖ

ﻗﺎﻝُ ﺍﻟﺤَﺴﻦُ ﺍﻟﺒَﺼﺮﻱ :

ﺇﺫَﺍ ﻫَﺎﻧَﺖ ﻋَﻠﻴﻚَ ﺻَﻼﺗﻚ ﻓَﻤَﺎ ﺍﻟﺬﻱ ﻳَﻌﺰُ ﻋَﻠﻴـﻚْ ؟

ﺑﻘﺪﺭ ﻣﺎﺗﺘﻌﺪﻝ ﺻﻼﺗﻚ ﺗﺘﻌﺪﻝ ﺣﻴﺎﺗﻚ .

ﺃﻟﻢ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺍﻗﺘﺮﻧﺖ ﺑﺎﻟﻔـﻼﺡ

“ ﺣﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺣﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻼﺡ ”

ﻓﻜﻴﻒ ﺗﻄﻠﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻭﺃﻧﺖ ﻟﺤﻘﻪ ﻏﻴﺮ ﻣﺠﻴﺐ

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺟﻌﻠﻨﺎ ﻣﻤﻦ ﻳﻘﻴﻢ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻲ ﻭﻗﺘﻬﺎ “.

"Siapa yang biasa menunda nunda shalatnya, laki-laki atau wanita, maka bersiaplah ia tertunda dalam segala urusan kehidupannya; nikah, pekerjaan, keturunan, kesehatan, kemapanan dan petunjuk".

Al Imam Al Hasan Al Bashri menuturkan juga: "Jika shalat saja sepele bagimu, maka adakah urusan lain yang lebih penting bagimu ? Seperti apa engkau merubah shalatmu, sperti itulah engkau merubah hidupmu. Tidakkah engkau tahu bahwa shalat itu sejalan dan seiring dengan kesuksesan". Marilah mendirikan Shalat, marilah meraih kesuksesan. Bagaimana mungkin engkau minta kesuksesan dan keberhasilan pada Allah, sedangkan engkau sendiri tidak menunaikan kewajibanmu terhadap Allah.

Hadirin Rahimakumullah..

Ini bukan meninggalkan, tetapi hanya karena menunda-nunda shalat saja, kita akan mendapatkan malapetaka dalam hidup ini, Allah akan menunda dan mengambil keberkahan keluarga dan runah tangga, menunda keberkahan karir dan pekerjaan, anak dan keturunan, kesehatan lahir dan batin, kemapanan dan kekayaan, ekonomi dan keuangan, serta akan kehilanfan kasih sayang Allah Swt.

Dalam QS. Al-Baqarah Ayat 238 Allah memerintahkan menjaga shalat:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

 "Peliharalah semua salat (mu), dan (peliharalah) salat wusthaa (salat lima waktu). Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu'".

Ayat di atas memerintahkan agar kita menjaga hati, menjada, akal, oikuran dan perbuatan dengan menjalankan shalat. Pastikan shalat yang lima waktu menyadarkan eksistensi diri yang berasal dari dan untuk Allah Swt. Tegakan kebenaran dan keadilan dengan khusyu',  tulus dan ikhlas semata karena dan untuk Allah Swt.

Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan, dan kemauan untuk menjaga ibadah solat lima waktu ini. Yaa Allah, jadikanlah kami termasuk orang orang yang mendirikan Shalat tepat waktu”.

Baarokallahuhuli walakum..Aamiin.

STAI ALMAARIF CIAMIS

STAI ALMAARIF CIAMIS

GALERI WISUDA KAMPUS