PENDAMPINGAN PENGUCAPAN DAN
PENGEMBANGAN BAHASA ARAB
BAGI SUKU SUNDA
Oleh :
Deni Supriadi, S.S, M.A.
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA’ARIF CIAMIS
Jl. Umar Saleh Imbanagara Raya Ciamis 46211 Telp./Fax. (0265)
772589
E-mail: stai_almaarif@yahoo.co.id
2020
PENDAMPINGAN PENGUCAPAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA ARAB
BAGI SUKU SUNDA
Abstrak
Pada masa sekarang ini
begitu banyak bahasa yang kita dapat ketahui di dunia ini, baik berupa bahasa International ataupun bahasa nasional
sekalipun. Tidak dipungkiri bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak sekali bahasa daerah.
Selain itu sebagai
penutur bahasa kita sangat jarang mengetahui
unsur-unsur yang ada pada bahasa seperti tentang kajian fonetik. Karena
fonetik adalah salah satu bagian pembelajaran linguistik yang mempelajari berbagai bunyi bahasa secara
umum, dan tidak memperhatikan makna yang tidak fungsional. Tetapi dalam penerapan
ilmu bahasa pada saat ini masih sangat banyak kalangan
yang belum mengetahui unsur-unsur penting dalam bahasa
seperti
fonetik terlebih dalam kajian fonetik bahasa Arab. Adapun objek material penelitian yaitu pengucapan ( Kosakata bahasa Arab) dan
pengembangan
bahasa Arab yang diucapkan oleh penutur Bahasa
Sunda. Selain itu antara keterkaitan bahasa Arab dengan bahasa daerah
yaitu bahasa Sunda yang memang sangat
menarik untuk dikaji, bagaimana keterkaitan
sang penutur bahasa daerah dalam mengucapkan bahasa Arab yang merupakan bahasa asing bagi kalangan mereka walaupun
bahasa Arab merupakan salah satu ciri bahasa
umat Islam. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menganalisis data dan
menggunakan penelitiaan pustaka dengan menggunakan buku dan jurnal yang terpercaya. Penelitian ini bertujuan dapat
menghasilkan suatu ilmu pembelajaran fonetik
bahasa Arab dengan
penutur bahasa Sunda.
Kata kunci:
Bahasa, Crowly, Fonetik
Abstract
At present there are so many languages that we can
know in this world, whether in the form of international languages or even
national languages. It is undeniable that Indonesia is a country that has many
regional languages. In addition, as speakers of language, we rarely know the
elements that exist in languages such as phonetic studies. Because phonetics is
one part of linguistic learning that studies various language sounds in
general, and does not pay attention to meaning that is not functional. But in
the application of linguistics at this time there are still many people who do
not know the important elements in languages such as phonetics especially in
the study of phonetic Arabic. In addition, the relationship between Arabic and
regional languages, namely Sundanese language which is very interesting to study,
how the interrelation of the local language pentur in speaking Arabic which is
a foreign language for their circles even though Arabic is one of the
characteristics of the language of Muslims. The nature of this research is
descriptive qualitative by analyzing data and using library research using
trusted books and journals. This research can produce a phonetic learning of
Arabic with speakers of regional languages that have a distinctive dialect that
is collaborated with Crowly's theory.
Keywords: Language, Crowly, Phonetic
Pendahuluan
Bahasa adalah suatu huruf vokal atau
konsonan yang dikeluarkan oleh manusia dengan tujuan untuk berkomunikasi dengan
manusia lainnya atau bahasa merupakan salah satu pembeda manusia dengan makhluk
lain. Suatu sistem bunyi ujaran yang bersifat arbitrer atau sewenang- wenang
(Muhammad, 2011, hal. 5), dengan adanya konsep ini substansi bahasa merupakan
segala macam bunyi yang dihasilkan oleh manusia baik memiliki makna ataupun
tidak bermakna. Selain itu bahasa juga merupakan suatu lembaga yang dengan
keberadaannya bahasa memiliki segala peraturan yang dipatuhi oleh setiap
manusia, suku dan komunitas yang saling memahami bahasa tersebut.
Begitupula dengan bahasa Arab yang merupakan bahasa
pemersatu umat Islam diseluruh dunia, bahasa Arab juga memiliki ciri khas
tersendiri antara pembedaan penyebutan domir laki-laki dan perempuan dengan
kata lain mudzakar dan muannats. Selain itu bahasa Arab merupakan bahasa yang
memiliki mufrodat atau kosakata yang sangat banyak dimana setiap satu kosakata
memiliki dua mufrodat yang berbeda dikarenakan pembedaan antara domir laki-laki
dan perempuan. Begitu pula perjalanan bahasa Arab yang sudah sangat lama,
tetapi masih sangat sedikit pembelajaran bahasa Arab yang mengajarkan unsur
bahasa seperti halnya fonetik. Padahal tidak
dipungkiri bahwa fonetik merupakan salah
satu unsur terpenting dalam berbahasa Arab aktif.
Selain itu bahasa Sunda merupakan salah
satu bahasa daerah yang terdapat di Indonesia, penutur bahasa Sunda berada di
wilayah Jawa tepatnya di Jawa Barat. Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa
yang jumlah penuturnya terbanyak setelah bahasa Jawa atau bahasa terbesar
sesudah bahasa Jawa. Karakteristik penutur bahasa Sunda adalah menyebutkan
huruf [f] menjadi [p] dan masih banyak lagi keunikan yang dapat digali dari
penutur bahasa Sunda. Selain itu keunikan lainnya terdapat pada seluruh
kalangan yang memiliki dialek khas jika berbicara seperti diayunkan setiap
katanya.
Jika pembelajaran kajian fonetik di
pelajari dengan sungguh- sungguh maka akan sangat berdampat baik bagi
pembelajaran bahasa Arab selanjutnya, seperti akan bertambahnya kefasihan dalam
pengucapan setiap huruf bahasa Arab. Maka begitu pentingnya mengetahui
unsur-unsur penting dalam berbahasa seperti unsur kajian fonetik ini, karena
dengan pembelajaran kajian fonetik kemampuan dalam berbicara akan semakin fasih
dan kemampuan dalam pemahaman ucapan atau tata bahasa yang keluar akan jelas
dan baik tanpa adanya hambatan.
Kegiatan meneliti dapat ditentukan oleh
paradigma (Subroto 2007: 6) paradigma adalah “A set of the assumptions, concepts, and propositions the are logically
structured” (Muhammad, 2011) Maka, paradigma mempunyai tiga unsur penting:
asumsi, konsep, dan proposisi. Dengan ketiga unsur tersebut maka akan dapat mempengaruhi
jalannya sebuah penelitian. Atau dalam kata lain paradigma dalam penulisan
adalah cara pandang umum peneliti terhadap fenomena atau kejadian nyata.
Seperti dalam kajian fonetik bahasa Arab yang dikaitkan dengan penutur bahasa
Sunda dan teori Crowley.
Dalam metode penelitian sudah banyak sekali yang
membahas antara fonetik dengan unsur-unsur yang berkaitan dengan Al-Qur’an dan
mufradat bahasa Arab seperti penelitian dari Ahmad
Sayuti Anshari dengan judul yaitu Memanfaatkan Kajian Fonetik untuk Mengembangkan
Pembelajaran Ilmu Tajwid, dan masih banyak penelitian yang berkaitan dengan
kedua aspek tersebut yaitu aspek al-Qur’an dan Mufradat. Selain itu terdapat
penelitian oleh Ahmad Suherman yang berjudul Perubahan Fonologis Kata-kata
Serapan Bahasa Sunda dari Bahasa Arab. Begitu banyak penelitian yang membahas
dari aspek fonologi sehingga akan sangat menarik jika tulisan ini membahas
tentang kajian fonetik bahasa Arab yang di sangkutpautkan dengan bahasa daerah
seperti bahasa Sunda dan dikaitkan kembali dengan teory Crowley.
Seluruh pemaparan di atas akan menjadi
induk dari penulisan ini dengan tujuan menganalisis bahasa Arab yang dikatikan
dengan penutur masyarakat Sunda yang dikaitkan dengan teori Crowley. Hal
tersebut bermaksudkan bahwa betapa uniknya bahasa Arab jika diucapkan oleh
penutur Sunda dengan berbagai kekhasan yang ada dalam dialek bahasa Sunda itu
sendiri.
Pembahasan
Bahasa adalah kata yang tidak bisa terlepas
dari manusia, karena manusia adalah ia yang berbahasa sebagai salah satu pembeda
manusia dengan makhluk lainnya. Karena manusia dianugerahi kelebihan oleh sang
pencipta dengan kemampuan berbicara atau bertutur kata kecuali bagi seseorang
yang memiliki kekhususan seperti bisu dan tuli. Selain itu bahasa di seluruh
dunia memiliki jumlah yang tidak dapat terhitung, bahkan bahasa daerah yang ada
di Indonesia berdasarkan sensus Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementrian
Pendidikan Kebudayaan pada akhir 2017 berjumlah 652 bahasa daerah. Jadi
bayangkan berapa banyak bahasa yang ada di dunia, tidak terhitung bukan.
Menurut data Ethlogue: Language of the
World 2002 bahwa jumlah bahasa yang ada di seluruh dunia adalah berjumlah
6.000 bahasa yang di gunakan.
Bagaimana dengan hakikat bahasa Arab itu
sendiri, bahasa Arab digunakan sebagai bahasa resmi oleh 22 Negara seperti Arab
Saudi, Mesir, Irak, Lebanon dan masih banyak negara lainnya. Bahasa Arab
bukanlah bahasa ibu bagi negara kita, karena bahasa ibu kita adalah bahasa
Indonesia. Tetapi hal tersebut tidak menjadikan masyarakat untuk tidak mau
mengenal bahasa Arab, terlebih bahasa Arab merupakan bahasa pemersatu umat
Islam di seluruh dunia karena kitab Al-Qur’an di turunkan dalam bahasa Arab.
Dengan segala upaya masyarakat pasti akan mempelajari bahasa Arab dengan
mempelajari Al-Qur’an, tanpa mereka sadari.
Menjadi salah satu persoalan yaitu dalam
proses pembelajaran bahasa Arab bahwa tidak semua orang dapat mengerti kajian
fonetik yang benar terhadap pembelajaran bahasa Arab, karena memang minimnya
pengajaran ilmu tersebut. Dan Bahasa Arab bukanlah bahasa ibu kita, sehingga
menyebabkan sulitnya dalam hal mempelajarinya. Terlebih para penutur bahasa
daerah yang memiliki dialek yang khas akan sedikit lebih sulit dalam hal
mempelajarinya dengan baik dan sempurna. Karena sebaik- baiknya pribumi
menguasai bahasa asing akan lebih baik sang pemilik bahasa yang menuturkannya
atau bangsa Arab yang fasih terhadap bahasa Arab.
Karena pada hakikatnya sebaik-baiknya
pengajar bahasa Arab adalah dari bangsa Arab itu sendiri yang mengajarkan
bahasa Asing tersebut, terlebih karena bahasa Arab adalah bahasa ibu mereka
sehingga mereka memiliki kefasihan yang memang sudah teruji. Tetapi tidak
memutus kemungkinan mereka dapat menguasai bahasa ibu mereka dengan baik,
tetapi mereka tidak dapat mengajarkan kepada kita dengan baik M. Terlebih
dengan adanya teori Crowley yang akan semakin menjelaskan letak kesalahan
bahasa Arab oleh penutur bahasa Sunda, yang akan semakin membuka mata kita
bahwa bahasa Arab bukan lah bahasa yang mudah bagi kita maka hendaklah bersungguh-sungguh
dalam mempelajarinya. Maka dengan adanya problematika tersebut semakin
mendorong bahwa betapa pentingnya pembelajaran fonetik pada setiap penutur
bahasa.
1.
Definisi Fonetik Bahasa Arab
Fonetik adalah kajian dalam bidang ilmu
pengetahuan yang menelaah atau meninjau cara manusia menghasilkan bunyi bahasa
dalam sebuah ujaran atau kata dan menganalisis gelombang-gelombang bunyi bahasa
yang di keluarkan oleh penutur dan dengan alat pendengaran manusia dalam
menerima bunyi yang di keluarkan. Dalam pengertian lain bahwa fonetik merupakan
suatu cabang ilmu Linguistik yang meneliti berbagai bunyi bahasa tanpa melihat
apakah bunyi tersebut dapat di bedakan atau tidak maknanya, berbeda dengan
istilah tersebut bahwa fonetik memiliki kembaran tetapi berbeda yaitu fonemik
yang dalam pengaplikasiannya meneliti bunyi-bunyi bahasa dengan melihat hakikat
bunyi tersebut sebagai persatuan yang dapat membedakan makna katanya. Menurut
Clark dan Yallop (1990) fonetik adalah suatu cabang ilmu yang berkaitan dengan
kajian tentang manusia dapat berbahasa mendengar dan memproses ujaran atau
kata-kata yang diterima. Dan kajian fonetikin sangatlah berguna sebagai
pengajaran diksi penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa asing, perbaikan kualitas
bertutur agar menjadi fasih dalam pengucapan bahasa Arab. Selain itu kajian
fonetik terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan tempat beradanya bahasa.
Yaitu sebagai berikut:
a.
Fonetik Fisiologis
Dapat kita ketahui bahwa fonologis merupakan salah
satu aspek yang berkaitan dengan manusia normal pada umumnya yang dapat
menghasilkan berbagai bunyi bahasa yang dapat dikeluarkan dari organ- organ
tuturnya, seperti bibir, lidah dan lainnya. Dalam istilah lain bahwa fisiologi
merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji fungsi fisiologis pada manusia
(Liberman, 1977:3). Maka dari itu bagi seseorang yang akan mempelajari
bunyi-bunyi bahasa harus mengetahui bagaimana bunyi itu dapat dikeluarkan dan
dari mana bunyi itu berasal. Dan harus mengetahui berbagai struktur mekanisme
dari aspek pertuturan, memahami fungsi dari setiap mekanisme serta pernnya
menghasilkan berbagai bunyi bahasa yang ada (Singh dan Singh, 1976:2). Jadi
dalam bidang fonetik yang mengkaji tentang hasil bunyi-bunyi bahasa
berdasarkan fungsi dari mekanisme biologis organ tutur manusia dinamakan
fonetik fisiologis. Masnur Muslich Tetapi dalam hal lain dinyatakan oleh
beberapa literatur, terkait istilah fonetik fisiologis jarang terpakai. Karena
yang paling sering digunakan adalah fonetik artikulatoris.
b.
Fonetik Artikulatoris
Unsur fonetik yang satu ini sering disebut
juga dengan nama lain fonetik organis, yang merupakan meneliti bagaimana
bunyi-bunyi bahasa dapat diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Sewaktu bunyi
itu berada dalam sebuah proses produksi di dalam mulut penutur itulah yang
dinamakan fonetik artikulatoris (Chaer, 2009, hal. 10), jadi segala yang
diucapkan oleh sang penutur merupakan fonetik artikulatoris di dalamnya
mencakup tentang masalah alat-alat ucap yang digunakan untuk memproduksi bunyi
bahasa; bagaimana bunyi bahasa itu di buat; mengenai klasifikasi bunyi yang
dihasilkan dan juga mengenai unsur-unsur atau ciri- ciri suprasegmental,
seperti tekanan, jeda, durasi serta nada.
c.
Fonetik Akustis
Kajian fonetik akustis ini bersumber pada
struktur fisik bunyi bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia memberikan
tanggapan reaksi kepada bunyi-bunyi yang diterima (Malmberg, 1963:1). Terdapat
tiga ciri bahasa yang mendapat penekanan dalam kajian fonetik akustis yaitu
frekuensi, tempo dan kenyaringan. Kajian fonetik akustis berusaha untuk dapat
menguraikan berbagai hal tentang bunyi bahasa yang ditanggapi dan dihasilkan
oleh alat tutur manusia, bagaimana pergerakan bunyi-bunyi bahasa dalam ruang
udara yang yang selanjutnya akan langsung dirangsang oleh alat pendengaran
manusia(Muslich, 2018).
d.
Fonetik Auditoris
Fonetikauditorisataufonetikpersepsimerupakanpersoalanbagaimana
manusia menentukan bunyi-bunyi yang diterima alat pendengarnya, dan kajian ini
meneliti bagaimana seorang pendengar menaggapi bunyi yang di terimanya sebagai
bunyi-bunyi yang diperlukan untuk diproses sebagai bunyi-bunyi bahasa yang bermakna. Atau dalam kata lain fonetik auditoris
merupakan meneliti bunyi bahasa itu diterima oleh telinga sehingga bunyi- bunyi
itu didengar dan dapat difahami.
Dari keempat aspek itu yang paling
berkaitan dengan kajian fonetik bahas arab berada pada fonetik artikulatoris
karena unsurnya berkenaan dengan masalah bahasa yang diproduksi atau
dihasilkan. Seperti yang kita terjadi pada masyarakat terkait pembelajaran
pengucapan bahasa Arab terdapat kekeliruan dalam pengucapannya terlebih dengan
dialek khas yang ada pada penutur bahasa daerah seperti bahasa Sunda.
2.
Definisi Bahasa Arab
Bahasa merupakan salah satu pusat memahami
dan pemahaman manusia, sebab melalui bahasa akan dapat diketahui pola fikir
sistematika berpikir, kekayaan gagasan yang dimiliki dan kondisi psikologi
seseorang. Bahasa juga dapat diartikan sebagai alat untuk memproduksi makna
yang dikatakan oleh seseorang. Dalam pendapat lain Bahasa merupakan sistem tanda
bunyi ujaran yang bersifat arbitrer atau sewenang-wenang sebagai bentuk, makna,
situasi dan bahasa rentetan bunyi (Subroto dalam Muhammad, 2011:40).
Bahasa memiliki sistem
dalam pengucapan si penutur
berupa sistem mengatur, bahasa merupakan lembaga yang memiliki pola-pola yang
dipatuhi oleh setiap penutur walaupun si penutur tidak dalam kondisi sadar.
Bagaimana dengan bahasa Arab itu sendiri karena bahasa
merupakan pengertian yang sangan general atau umum, dikarenakan semua orang di
dunia ini pasti berbahasa kecuali bagi mereka yang memiliki kekhususan seperti
bisu dan tuli. Bahasa Arab merupakan bahasa yang pola pembentukan katanya
sangat beragam dan fleksibel, baik berupa derivasi (tashrif istiqaqi) ataupun dengan cara infleksi (tashrif i’rabi). Bahasa Arab sangat kaya
akan mufradat atau kosa kata, dikarenakan ada pembedaan pada domir laki-laki
dan perempuan. Sehingga satu mufrodat terdapat dua kosakata
dikarenakan pembedaan domir tersebut,
selain itu bahasa Arab memiliki keanekaragaman bentuk morfologis (wazan) dan makna yang dikandung di
dalamnya. Selain itu bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an yang mau tidak mau
harus dipelajari oleh setiap umat Islam, karena kitabnya yang di turunkan dalam
bahasa Arab. Dan yang sudah pasti kita ketahui bahwa Bahasa Arab memiliki 28
huruf hijaiyah, yang menjadi tolak ukur dalam pembelajaran bahasa Arab di
Indonesia.
3.
Definisi Bahasa Sunda
Dalam kehidupan sosial dan budaya bahasa
memang sangat memiliki pengaruh besar terlebih untuk berkomunikasi dengan
masyarakat lainnya. Seperti halnya bahasa daerah yang memiliki dialek khasnya
masing-masing. Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di
Indonesia, dalam sejarahnya bahasa Sunda pada abad ke-19 Jawa Barat terbagi
menjadi lima kerisidenan yaitu Batavia, Banten, Karawang, Priangan, dan Cirebon
(Agus Mulyana, 2015:15). Dalam masing-masing wilayah di pimpin oleh seorang
bupati. Bagian terbesar penduduk yang ada di Jawa Barat adalah orang Sunda atau
suku bangsa Sunda itu sendiri, sehingga menjadikan orang Sunda sebagai penduduk
asli di wilayah tersebut. Walaupun terdapat suku bangsa lain yang menempati
wilayah tersebut seperti Banten, Jawa dan lainnya tetapi hanya minoritas saja.
Hal itu yang menjadikan suku Sunda di pandang sebagai penduduk asli wilayah Jawa
Barat dikarenakan jumlahnya lah yang mayoritas dari suku lainnya. Secara tidak
langsung maka bahasa Sunda lah yang menjadi bahasa pribumi di tanah Jawa Barat
dikarenakan jumlah penutur bahasa Sunda disana merupakan bahasa pribumi.
Bahasa Sunda juga memiliki Undak-usuk Basa yang
berarti bahasa halus dan bahasa kasar, bahasa tersebut juga mempengaruhi dialek
bagi penutur dalam mengucapkan sesuatu. Karena pada hakikatnya penutur yang
menggunakan bahasa kasar akan lebih keras dalam pengucapan kosakatanya berbeda
dengan penutur yang sering menggunakan bahasa
halus dalam pengucapannya maka akan lebih
tenang dan intonasi yang halus dalam pengucapannya. Selain itu bahasa Sunda
juga merupakan bahasa yang memiliki pelemahan dalam bunyinya, berdasarkan
penelitian oleh penulis bahwa penutur bahasa Sunda memiliki pelemahan huruf
dimana jika menyebutkan huruf F menjadi P, Z menjadi J, dan masih banyak lagi
pelemahan huruf yang terjadi pada penutur bahasa Sunda. Selain itu bahasa Sunda
memiliki dialek tersendiri bagi para penuturnya, dikarenakan nadanya yang
seperti di ayun-ayun kan dan pelan dalam penuturannya. Selain itu penutur Sunda
memiliki kelemahan dalam pengucapan bahasa Arab seperti pengucapan [fa] menjadi
[pa] dan masih banyak lagi hal menarik yang kita dapat gali dari bahasa Arab
yang diucapkan oleh penutur Sunda.
Transkripsi Fonetik Bahasa Arab
Transkripsi fonetik adalah suatu perekaman
bunyi dalam sebuah bentuk lambang tulisan. Lambang bunyi atau lambang fonetis
yang paling sering dipakai adalah lambang bunyi yang ditetapkan oleh The International Phonetic Assosiation (IPA),
merupakan persatuan para peneliti bahasa yang sudah berdiri pada akhir abad
ke-19. Dengan didirikannya bertujuan untuk mempopulerkan metode baru dalam
pembelajaran bahasa yang lebih merujuk kepada penekanan pengajaran bahasa
lisan. Sistem lambang yang digunakan oleh IPA sering di sebut dengan The International Phonetic Alphabet yang
sering disebut dengan Alfabet IPA, selain itu bahasa Arab juga sudah memiliki
transkripsi fonetik IPA berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab latin yang
merupakan keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI pada tahun 1987 No. 158 dan No:0543b/U/1987. Adapun transkripsi
fonetik bahasa Arab dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Transkripsi Fonetik Bahasa Arab
Huruf Arab |
Nama |
Transkipsi Otografis |
Transkripsi IPA |
ا |
alif |
Tidak dilambangkan |
Ɂ |
ب |
ba |
b |
b |
ت |
ta |
t |
t |
ث |
ṡa |
ṡ |
θ |
ج |
jim |
J |
ʒ |
ح |
ḥa |
ḥ |
ħ |
خ |
kha |
kh |
x |
د |
dal |
d |
d |
ذ |
żal |
żal |
ð |
ر |
ra |
r |
r |
ز |
zai |
z |
z |
س |
sin |
s |
s |
ش |
syin |
sy |
ʃ |
ص |
ṣa |
ṣ |
sˁ |
ض |
ḍa |
ḍ |
tˁ |
ط |
ṭa |
ṭ |
dˁ |
ظ |
ẓa |
ẓ |
ðˁ, zˁ |
ع |
‘ain |
‘_ |
ʕ |
غ |
g |
g |
ɣ |
ف |
fa |
f |
f |
ق |
qaf |
q |
q |
ك |
kaf |
k |
k |
ل |
lam |
l |
l |
م |
mim |
m |
m |
ن |
nun |
n |
n |
و |
wau |
w |
h |
ه |
ha |
h |
w |
ء |
hamzah |
_’ |
- |
ي |
ya |
Y |
j |
Tabel 2. Penambahan pada Huruf Mad (Panjang)
ا |
a: |
ي |
i:, e: |
و |
u:, o: |
َ◌ |
a |
ِ◌ |
i |
ُ◌ |
u |
Kajian Fonetik Bahasa Arab oleh Penutur
Remaja Sunda
Seperti yang sudah di sebutkan dalam
penjelasan sebelumnya bahwa bahasa Sunda memiliki dialek yang khas, sehingga
akan sedikit sulit dalam pengucapan bahasa Arab. Seperti pada pengucapan
mufrodat pada tabel 3:
Tabel 3. Pengucapan ف
[fa] menjadi ف [pa]
No. |
Posisi |
Kosa Kata |
Transkipsi Fonetik IPA |
Transkipsi Otografis |
Cara Pengucapan Penutur |
Transkipsi Fonetik IPA |
Perubahan Bunyi |
1. |
Awal |
فَ ِق َا |
[faqima:] |
[faqimā] |
فَ ِق َا |
[paqima:] |
f menjadi p |
2. |
Awal |
ِف َر ِش |
[ firaʃi ] |
[firasyi] |
ِف َر ِش |
[ piraʃi ] |
f menjadi p |
3. |
Awal |
فَ َر َد |
[farada] |
[farada] |
فَ َر َد |
[parada] |
f menjadi p |
4. |
Awal |
فَ َر ُغ |
[faraɣu] |
[faragu] |
فَ َر ُغ |
[paraɣu] |
f menjadi p |
5. |
Awal |
فَ َصحاَ |
[fasˁaħa:] |
[faṢaḤā] |
فَ َصحاَ |
[pasˁħa:] |
f menjadi p |
6. |
Tengah |
قُ ُفلَ |
[qufula] |
[qafula] |
قُ ُفلَ |
[qupula] |
f menjadi p |
7. |
Tengah |
نُ َفلَ |
[nufala] |
[nafala] |
نُ َفلَ |
[nupala] |
f menjadi p |
8. |
Tengah |
ِف ُع ْو شَ |
[ ʃafiʕu:] |
[syafi’ū] |
شَ ِف ُع ْو |
[ ʃapiʕu:] |
f menjadi p |
9. |
Tengah |
نَفَ َق |
[nafaqa] |
[nafaqa] |
نفق |
[napaqa] |
f menjadi p |
10. |
Akhir |
يَ ِد َف |
[jadifa] |
[yadifa] |
يَ ِد َف |
[jadipa] |
f menjadi p |
11. |
Akhir |
َح ْذ ُف |
[ħaðfu] |
[Ḥażfu] |
َح ْذ ُف |
[ħaðpu] |
f menjadi p |
12. |
Akhir |
نَ ِظ َف |
[naðˁifa] |
[naẓifa] |
نَ ِظ َف |
[naðˁipa] |
f menjadi p |
Pada tabel 3 dapat dilihat terkait
perubahan ف [fa] menjadi ف
[pa] perubahan tersebut dikarenakan kesulitan
penutur Sunda dalam pengucapan [f] yang merupakan bukan huruf asli dari bahasa
Sunda. Karena memang pada dasarnya bahwa masyarakat Sunda sudah dapat di
deskripsikan dengan cara perspektif, seperti pada dialek bahasa Sunda itu
sendiri. Selain itu bagi penutur Sunda yang memang sering mengalami kesulitan
dalam pelafalan [f] menjadi [p] ternyata berdasarkan kondisi arkeologi bahwa
bahasa dan aksara Sunda memang pada dasarnya tidak terdapat [f] sehingga wajar
saja masyarakat Sunda sangat sulit dalam pengucapannya, karena memang hanya ada
[p] pada masa itu. Tetapi dengan perkembangan zaman bahasa Sunda telah
memasukan [f] dalam aksaranya, tetapi dikarenakan sudah mendarah daging dalam
penuturannya sehingga menyebabkan kesulitan untuk merubahnya terutama pada
kalangan orang tua. Mahmud Fasya (2012: 5) mengatakan bahwa kesulitan untuk
merubah para penutur bahasa Sunda dalam pelafalan [f] menjadi [p] akan sangat
sulit dikarenakan ketika seseorang belajar bahasa kedua setelah bahasa
pertamanya, si penutur akan mendapatkan bunyi yang berbeda dari bahasa
pertamanya. Dalam hal ini penutur bahasa Sunda akan sangat kesulitan,
karena bagi penutur bahasa baru adalah sesuatu yang asing dan sulit untuk
diterapkan.
Tabel 4. Pengucapanز
[z] menjadi ج
[Ʒ]
No. |
Posisi |
Kosa Kata |
Transkipsi Fonetik IPA |
Transkipsi Otografis |
Cara Pengucapan Penutur |
Transkipsi Fonetik IPA |
Perubahan Bunyi |
1. |
Awal |
َو َز َك |
[wazaka] |
[wazaka] |
َو َج َك |
[waƷaka] |
z menjadi Ʒ |
2. |
Tengah |
اَلْ
َخيْ َز َران |
[al- xai:rzaraa:n] |
[al- khaizarān] |
اَلْ
َخ ْي َج َران |
[al- xai:rƷaraa:n] |
z menjadi Ʒ |
3. |
Akhir |
َوقُ ُز |
[waquzu] |
[waquzu] |
َوقُ ُج |
[waquƷa] |
z menjadi Ʒ |
Dapat terlihat pada tabel 4 terdapat
kesalahan pada pengucapan [z] menjadi [Ʒ], jika kita analisis kenapa terjadi
kesalahan dalam pembacaan oleh penutur padahal kedua huruf itu sangat jauh
berbeda dalam pengucapannya. Berdasarkan titik artikulasinya [z] berasal dari
alveolar sedangkan [Ʒ] berasal dari postalveolar. Dan kesalahan penyebutan dari
[z] menjadi [Ʒ] dikarenakan [z] bukanlah
huruf asli bahasa Indonesia seperti halnya [f]. Maka dari itu akan sangat
memungkinkan salah dalam pengucapannya.
Tabel 5. Pengucapan ه
[h] menjadi ح
[ħ]
No. |
Posisi |
Kosa Kata |
Transkipsi Fonetik IPA |
Transkipsi Otografis |
Cara Pengucapan Penutur |
Transkipsi Fonetik IPA |
Perubahan Bunyi |
1. |
Awal |
ِه ََرا |
[hijara] |
[hayarā] |
ِح ََرا |
[ħijara:] |
h menjadi ħ |
2. |
Tengah |
َم َه َدا |
[mahada:] |
[mahadā] |
َم َح َدا |
[maħada:] |
h menjadi ħ |
3. |
Akhir |
ِميَ َها |
[miyaha:] |
[miyahā] |
ِم َي َحا |
[miyaħa:] |
h menjadi ħ |
Begitupula dengan huruf [h] menjadi [ħ]
huruf ini merupakan salah satu huruf yang berbeda tetapi terdapat
kesamaan dalam tempat keluarnya huruf. Irfan Abu Hawariyah (2009: 17)
mengatakan bahwa [h] merupakan huruf yang berada di tenggorokan bagian bawah
sedangka [ħ] merupakan huruf yang berada di bagian tengah tenggorokan.
Sedangkan berdasarkan artikulasinya [h] dan [ħ] memiliki kesamaan yaitu berada
dibagian pharungeal tetapi memiliki posisi yang berbeda. [h] berada diposisi
bagian bawah sedangkan [ħ] berada diposisi bagian tengah. Terjadinya kesalahan
dikarenakan terkecohnya penutur dalam pengucapan huruf karena tempat keluarnya
huruf yang sama menjadikan penutur salah dalam pengucapan huruf tersebut.
Tabel 6. Pengucapan ش
[ʃ] menjadi س [s]
No. |
Posisi |
Kosa Kata |
Transkipsi Fonetik IPA |
Transkipsi Otografis |
Cara Pengucapan Penutur |
Transkipsi Fonetik IPA |
Perubahan Bunyi |
1. |
Awal |
َ َرش َع |
[ʃaraʕa] |
[syara’a] |
َ َرس َع |
[saraʕa] |
ʃ menjadi s |
2. |
Awal |
شَ ِف ُع ْو |
[ʃafiʕu:] |
[syafig ū] |
َس ِف ُع ْو |
[sapiʕu:] |
ʃ menjadi s |
3. |
Awal |
شَ َج َر ٌة |
[ʃaƷaratun] |
[syajaratun] |
َس َج َرةٌ |
[saƷaratun] |
ʃ menjadi s |
4. |
Tengah |
اَلْ ُعشْ َب |
[al-ʕuʃƷba] |
[al-‘usyba] |
اَلْ ُع ْس َب |
[al-ʕusba] |
ʃ menjadi s |
5. |
Akhir |
يَ َر ِش |
[jaraʃi] |
[yarasyi] |
يَ َر ِس |
[jaƷs] |
ʃ menjadi s |
Bagaimana dengan kesalahan yang berada di
tabel 6, jika kita lihat kesalahan terjadi pula pada saat penutur menyebutkan [ʃ]
menjadi [s]. Jika kita tinjau kembali tentang kesalahan yang terjadi oleh
penutur jika dilihat dari dialek penutur Sunda [ʃ] dan [s] bukanlah huruf yang
sulit bagi penutur, melainkan kesalahan terjadi dikarenakan tempat keluarnya
lah yang menjadi pengecoh bagi penutur dalam mengeluarkan mufrodat bahasa Arab
tersebut. Dan berdasarkan titik artikulasinya [ʃ] berada di bagian pestalveolar
dan [s] berada dibagian veolar begitu pula dengan pengertian ilmu tajwid
berdasarkan pernyataan Abu Umammah (2019: 9-10) mengatakan bahwa tempat
keluarnya [ʃ] dan [s] merupakan sama- sama di lidah tetapi tempat hurufnya yang
berbeda, jika [ʃ] tempatnya berada di tengah lidah yang bersamaan dengan tengah
langit-langit sedangkan [s] berada pada ujung lidah.
Tabel 7. Pengucapan ع
[ʕ] menjadi أ
[Ɂ]
No. |
Posisi |
Kosa Kata |
Transkipsi Fonetik IPA |
Transkipsi Otografis |
Cara Pengucapan Penutur |
Transkipsi Fonetik IPA |
Perubahan Bunyi |
1. |
Awal |
َع ِظ ُم |
[ʕadimu] |
[‘aẓimu] |
أَ ِظ ُم |
[ʔadimu] |
ʕ menjadi ʔ |
2. |
Awal |
َق َم ْن َع |
[ʕaqaman] |
[‘aqaman] |
أَقَ َم ْن |
[ʔaqman] |
ʕ menjadi ʔ |
3. |
Awal |
َع َم َد |
[ʕamada] |
[‘amada] |
أَ َم َد |
[ʔamada] |
ʕ menjadi ʔ |
4. |
Akhir |
بَ َيع |
[bajaʕa] |
[baya’a] |
بَ َيأ |
[bajaʔa] |
ʕ menjadi ʔ |
5. |
Akhir |
َو ِق ُع |
[waqiʕu] |
[waqi’u] |
َو ِقأُ |
[waqiʔu] |
ʕ menjadi ʔ |
6. |
Akhir |
َواس ُع |
[wa:siʕu] |
[wāsi’u] |
َواسأُ |
[wa:siʔu] |
ʕ menjadi ʔ |
7. |
Akhir |
اَلْ ِج ْذ ُع |
[al-Ʒiðʕu] |
[al-jiż’u] |
اَلْ ِج ْذأُ |
[al-Ʒiðʔu] |
ʕ menjadi ʔ |
Dalam tabel 7 dapat terlihat kekeliruan antara
[?] menjadi [?], jika ditinjau kesalahan hampir mirip dengan tabel-tabel
sebelumnya yaitu kekeliruan dalam pengucapan huruf tetapi pada hal ini tempat
keluarnya huruf itu berbeda. Berdasarkan titik artikulasinya [?] dan [?]
memiliki posisi yang sama yaitu di pharyngeal hanya berbeda dalam posisinya [?]
berada di pharyngeal bagian tengah sedangkan [Ɂ] berada dibagian bawah
pharyngeal.
No. |
Posisi |
Kosa Kata |
Transkipsi Fonetik IPA |
Transkipsi Otografis |
Cara Pengucapan Penutur |
Transkipsi Fonetik IPA |
Perubahan Bunyi |
1. |
Awal |
ِص َض
َت |
[sˁidˁata] |
[ṣiḍata] |
ِس َض َت |
[sidˁata] |
sˁ menjadi s |
2. |
Tengah |
يَ ِ
ُر |
[yasˁiru] |
[yaṣiru] |
يَ ِ ُرس |
[yasiru] |
sˁ menjadi s |
3. |
Tengah |
اَلْ ُغ ِص ُن |
[al-usˁinu] |
[al-guṣinu] |
الغ ِسُن |
[al-ɣusinu] |
sˁ menjadi s |
4. |
Akhir |
نَ َراص |
[narasˁi] |
[nara:ṣi] |
نَ َراس |
[nara:si] |
sˁ menjadi s |
merupakan hal unik yang harus segera
dibenarkan. Kedua huruf berada dalam kondisi kasrah, tetapi masih saja dapat
mengecoh penutur. Jika dilihat dari titik artikulasinya [sˁ] berada di bagian postalveolar
sedangkan [s] berada di bagian alveolar, kesalahan
penutur dalam pengucapannya disebabkan oleh terkecohnya dalam pengeluaran huruf
tersebut.
Kajian Fonetik Bahasa Arab oleh Penutur Remaja Sunda Berdasarkan Teori Crowley
Teori Crowley merupakan teori yang membahas
mengenai perubahan bunyi, Crowley (1987: 71) mengatakan bahwa ada tiga buah
jenis perubahan bunyi yaitu: a) perubahan fonetis tanpa adanya perubahan fonem,
b) perubahan fonetis dengan perubahan fonem itu sendiri c) perubahan fonem tanpa
perubahan fonetis. Pada kesempatan kali ini yang akan dikaji lebih dalam yaitu
perubahan bunyi yang tidak menimbulkan perubahan makna. Dalam teori perubahan
bunyinya Crowley lebih berfokus pada tataran kata, frasa, dan kalimat. Adapun
pembagian teori Crowley berdasarkan mufrodat di atas adalah sebagai berikut:
1.
Penguatan Bunyi
Berdasarkan teori Crowley bahwa penguatan
bunyi merupakan suatu perubahan dari suatu bunyi yang relatif lemah berubah
menjadi bunyi yang relatif kuat. Dikarenakan dalam teorinya Syamsul Hadi dkk
(2003: 127) mengatakan bahwa terjadi penguatan [f] menjadi [p] dikarenakan
bahwa
[f] bukanlah fonem asli dari bahasa
Indonesia, begitu pula dengan [z] dan
[Ʒ]. Dengan demikian bahwa wajar sekali
penutur bahasa Sunda sangat
kesulitan dalam penyebutan huruf [f]
dikarenakan huruf [f] bukanlah fonem asli dari bahasa Indonesia.
Kosa Kata |
Cara
Pengucapan Penutur |
Teori Crowley |
فَ ِق َا |
فَ ِق َا |
penguatan bunyi |
ِف َر ِش |
ِف َر ِش |
penguatan bunyi |
فَ َر َد |
فَ َر َد |
penguatan bunyi |
فَ َر
ُغ |
فَ َر ُغ |
benguatan bunyi |
فَ َصحاَ |
فَ َصحاَ |
penguatan bunyi |
قُ ُفلَ |
قُ ُفلَ |
penguatan bunyi |
نُ َفلَ |
نُ َفلَ |
penguatan bunyi |
شَ ِف ُع ْو |
شَ ِف ُع ْو |
penguatan bunyi |
نَفَ َق |
نفق |
penguatan bunyi |
يَ ِد َف |
يَ ِد َف |
penguatan bunyi |
َح ْذ ُف |
َح ْذ ُف |
penguatan bunyi |
نَ ِظ َف |
نَ ِظ َف |
penguatan bunyi |
َو َز َك |
َو َج َك |
penguatan bunyi |
اَلْ
َخيْ َز َران |
اَلْ
َخ ْي َج َران |
penguatan bunyi |
َوقُ ُز |
َوقُ ُج |
penguatan bunyi |
2.
Aferesis
Penanggalan bunyi dari awal sebuah ujaran,
dan terbagi menjadi 4 bagian : Isim
Mamdud adalah isim yang huruf akhirnya hamzah dan huruf sebelumnya alif. Isim Manqush adalah isim yang huruf
akhirnya ya tanpa titik dan harakat sebelumnya kasroh. Isim Maqshur adalah isim yang huruf akhirnya berupa ya tanpa titik
dan harokat sebelumnya fathah. Sedangkan Isim Mansub adalah isim yang ber ya nisbah di akhir. Dalam bahasa yang
mudah difahami bahwa aferesis adalah
penghilangan bunyi pada awal kata, atau menghilangkan unsur konsonan diawal
mufradat bahasa Arab.
Kosa Kata |
Cara Pengucapan Penutur |
Teori Crowley |
َع ِظ
ُم |
أَ ِظ ُم |
aferesis |
َع َق َم ْن |
أَقَ َم ْن |
aferesis |
َع َم َد |
أَ َم َد |
aferesis |
3.
Sinkope
Perubahan yang terjadi adalah pelepasan
bunyi pada posisi tengah kata yang dapat menyebabkan terbentuknya urutan
konsonan. Dengan kata lain penghilangan bunyi ini akan banyak di temukan pada
huruf vokal dan huruf mad dalam ilmu tajwid.
Kosa Kata |
Cara Pengucapan Penutur |
Teori Crowley |
َواس ُع |
َواسأُ |
sinkope |
نَ َراص |
نَ َراس |
sinkope |
4.
Pengenduran Bunyi
Terjadi karena beberapa fonem khas bahasa
Arab yang terserap oleh bahasa Indonesia sering dilambangkan dengan dua huruf
hal ini yang membuat pengenduran dalam pengucapan. Dalam bahasa tajwidnya yaitu
mad tabi’i.
Kosa Kata |
Cara Pengucapan Penutur |
Teori Crowley |
ِه ََرا |
ِح ََرا |
pengenduran bunyi |
َم َه َدا |
َم َح َدا |
pengenduran bunyi |
ِم َي َها |
ِم َي َحا |
pengenduran bunyi |
فَ ِق َا |
فَ ِق َا |
pengenduran bunyi |
فَ َصحاَ |
فَ َصحاَ |
pengenduran bunyi |
شَ ِف ُع ْو |
شَ ِف ُع ْو |
pengenduran bunyi |
َح ْذ ُف |
َح ْذ ُف |
pengenduran bunyi |
اَلْ
َخيْ َز َران |
اَلْ
َخ ْي َج َران |
pengenduran bunyi |
شَ ِف ُع ْو |
َس ِف ُع ْو |
pengenduran bunyi |
َواس ُع |
َواسأُ |
pengenduran bunyi |
اَلْ ِج ْذ ُع |
اَلْ ِج ْذأُ |
pengenduran bunyi |
نَ َراص |
نَ َراس |
pengenduran bunyi |
5.
Epentesis
Adalah penyisipan bunyi/huruf vokal ke dalam
kata.
Kosa Kata |
Cara Pengucapan Penutur |
Teori Crowley |
ِه ََرا |
ِح ََرا |
epentesis |
َم َه َدا |
َم َح َدا |
epentesis |
ِم َي َها |
ِم َي َحا |
epentesis |
يَ َر ِش |
يَ َر ِس |
epentesis |
َع ِظ
ُم |
أَ ِظ ُم |
epentesis |
َع َق َم ْن |
أَقَ َم ْن |
epentesis |
َع َم َد |
أَ َم َد |
epentesis |
بَ َيع |
بَ َيأ |
epentesis |
َو ِق ُع |
َو ِقأُ |
epentesis |
َواس ُع |
َواسأُ |
epentesis |
اَلْ ِج ْذ ُع |
اَلْ ِج ْذأُ |
epentesis |
ِص َض
َت |
ِس َض
َت |
epentesis |
نَ َراص |
نَ َراس |
epentesis |
6.
Asimilasi
Adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip/sama
dengan bunyi lain di dekatnya. Perubahan ini banyak terjadi pada mufrodat yang
dikaji dalam karya ilmiah ini, dikarenakan banyaknya kekeliruan penutur dalam
mengucapkan mufrodat tersebut.
Kosa Kata |
Cara Pengucapan Penutur |
Teori Crowley |
فَ ِق َا |
فَ ِق َا |
asimilasi |
ِف َر ِش |
ِف َر ِش |
asimilasi |
فَ َر َد |
فَ َر َد |
asimilasi |
فَ َر
ُغ |
فَ َر
ُغ |
asimilasi |
فَ َصحاَ |
فَ َصحاَ |
asimilasi |
قُ ُفلَ |
قُ ُفلَ |
asimilasi |
نُ َفلَ |
نُ َفلَ |
asimilasi |
شَ ِف ُع ْو |
شَ ِف ُع ْو |
asimilasi, |
نَفَ َق |
نفق |
asimilasi |
يَ ِد َف |
يَ ِد َف |
asimilasi |
َح ْذ ُف |
َح ْذ ُف |
asimilasi |
نَ ِظ َف |
نَ ِظ َف |
asimilasi |
ِه ََرا |
ِح ََرا |
asimilasi |
َم َه َدا |
َم َح َدا |
asimilasi |
7.
Paragog
Adalah penambahan bunyi pada akhir kata, untuk
memperindah
bunyi dan agar mudah untuk di lafalkan (Kridalaksana,
1984: 139).
Kosa Kata |
Cara Pengucapan Penutur |
Teori Crowley |
َح ْذ ُف |
َح ْذ ُف |
paragog |
َوقُ ُز |
َوقُ ُج |
paragog |
َ َرش َع |
َ َرس َع |
paragog |
يَ َر ِش |
يَ َر ِس |
paragog |
َع ِظ ُم |
أَ ِظ ُم |
paragog |
بَ َيع |
بَ َيأ |
paragog |
َو ِق ُع |
َو ِقأُ |
paragog |
َواس ُع |
َواسأُ |
paragog |
يَ ِ ُر |
يَ ِ ُرس |
paragog |
اَلْ ُغ ِص ُن |
الغ ِس ُن |
paragog |
نَ َراص |
نَ َراس |
paragog |
8.
Lenisi
Merupakan suatu kondisi perubahan bunyi yang kuat
menjadi sebuah bunyi yang lemah, dalam teori ini bunyi bersuara dipandang lebih
kuat daripada bunyi yang tidak memiliki suara. Atau jika kita kaitkan dengan
bahasa Arab bahwa bunyi huruf hidup lebih kuat daripada huruf sukun atau huruf
vokal lebih kuat daripada huruf konsonan.
9.
Reduksi Konsonan Rangkap
Konsonan yang berurutan di dalam sebuah kata tanpa ada
vokal yang disisipkan diantaranya. Reduksi Konsonan Rangkap adalah pelepasan
satu konsonan pada konsonan rangkap.
Adalah
sebuah huruf konsonan yang berurutan pada sebuah kata tanpa adanya huruf vokal
di dalamnya, atau dalam kata lain reduksi konsonan
rangkap adalah pelepasan satu konsoanan
pada konsonan rangkap di
depannya. Atau dalam istilah tajwid kita dapat
mengenalnya dengan huruf bertasdid, karena pada cabang Ilmu Arudh mengatakan
bahwa segala sesuatu yang dibaca maka itu yang di tulis atau huruf yang
bertasdid adalah memiliki huruf ganda maka kedua huruf itulah yang ditulis dan
tidak hanya satu huruf dan diberi tasdid di atasnya.
10.
Kompresi
Proses pelepasan satu kata atau lebih di akhir atau di
tengah kata penghilangan terjadi pada kata tunggal dan kata yang tersusun dari
sebuah frase maupun kalimat.
11.
Metatesis
Adalah perubahan pada letak huruf, bunyi atau suku
kata dalam sebuah kata. Perubahan ini jarang terjadi dalam bahasa Arab.
12.
Monoftongisasi
Perubahan karena bergabungnya dua bunyi yang berbeda
menjadi sebuah bunyi tunggal dan kemudian mengandung sebuah ciri fonetis dari
kedua bunyi semula.
13.
Disimilasi
Adalah perubahan yang terjadi bila dua bunyi yang
awalnya sama menjadi tidak sama.
Dari uraian contoh teori Crowley di atas, dapat kita
fahami bahwa kesalahan pengucapan penutur dapat menyebabkan berbedanya teori
Crowley dan satu mufrodat dapat memliki unsur lebih dari satu dan berbeda-beda.
Kesimpulan
Kajian fonetik bahasa Arab sangat memiliki
peran penting dalam setiap metode pembelajaran, terutama masyarakat umum tidak
memandang suku dan budaya karena dengan adanya kajian fonetik dapat kita
ketahui letak kesalahan yang sering terjadi di kalangan masyarakat umum.
Berdasarkan penjabaran materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan adanya penelitian ini dapat membuktikan dan meyakinkan bahwa Kajian
Fonetik Bahasa Arab memang sangat penting untuk dipelajari oleh masyarakat umum
terlebih umat Islam dikarenakan bahasa Arab merupakan bahasa pemersatu bagi
Agama.
Dan penelitian ini dapat membuktikan bahwa
dialek daerah yang sangat beragam memang sudah menjadi akar bagi para
penuturnya, agar dapat belajar bahasa Arab dengan baik maka harus belajar
dengan sungguh-sungguh dan tidak dalam keadaan menyerah walaupun bahasa kedua
akan sangat sulit untuk dipelajari. Dan dengan adanya teori Crowley semakin
memberikan titik terang bahwa keunikan dialek penutur Sunda jika disandingkan
dengan bahasa Arab menjadi suatu keunikan tersendiri.
Daftar Pustaka
Abdurrohim, Abu Umamah, Modul Tajwid, Yogyakarta, 2019.
Astari, Rika, Syamsul Hadi, Soepomo Poedjosoedarmo,
dan Suhandano Suhandano. “PENGARUH BUDAYA TERHADAP ISTILAH SAINS DAN TEKNOLOGI
DALAM BAHASA ARAB*.” Adabiyyāt:
Jurnal
Bahasa dan Sastra 13, no. 2 (31 Desember 2014): 253. https://
doi.org/10.14421/ajbs.2014.13205.
Chaer, Abdul. "Fonologi,"
PT.Rineka Cipta,2009.
Fahrurrozi, Aziz. “PEMBELAJARAN BAHASA ARAB :
PROBLEMATIKA DAN SOLUSINYA.” ARABIYAT: Jurnal
Pendidikan
Bahasa Arab dan Kebahasaaraban 1, no. 2 (28 Desember
2014). https://doi.org/10.15408/a.v1i2.1137.
Hawariyyah, Irfan Abu, Risalah Tartil Al Qur’an (Sukabumi: At Tartil Press, 2009).
Hidayat, Muhammad Syaiful Bahri. “PEMBELAJARAN
FONOLOGI ARAB DENGAN MINIMAL PRAISE DAN TONGUE TWISTER.”
Tarling :
Journal of Language Education 2, no. 2 (31 Juli 2019):
197–216. https://doi.org/10.24090/tarling.v2i2.2924.
Izzan, H. Ahmad. “Metodologi
pembelajaran bahasa Arab,” Humaniora Utama Press, 2011.
Lubis, Nina H. Sejarah
Banten Membangun Tradisi dan Peradaban, 2014. Mangoendikaria, Mas. Kamus Sunda Dialek Banten. 1. Banten,
2014.
Muhammad, Metode
Penelitian Bahasa, 2011. Mulyana, Agus. Negara
Pasundan 1947-1950, 2015. Muslich, Masnur. Fonologi Bahasa Indonesia, 2018.
Owens, Jonathan. “The
Oxford Handbook of Arabic Linguistics,” t.t., 540. Suherman, Ahmad.
“Perubahan Fonologis Kata-kata Serapan Bahasa
Sunda dari Bahasa Arab: Studi Kasus pada Masyarakat
Sunda di Jawa Barat, Indonesia,” 2012, 18.
Zainuri, Muhammad. “PERKEMBANGAN BAHASA ARAB DI
INDONESIA.” Tarling : Journal of Language
Education 2, no. 2 (31 Juli 2019): 231–48.
https://doi.org / 10.24090 / tarling.v2i2.2926.