PENDAMPINGAN PENGUCAPAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA ARAB BAGI SUKU SUNDA

 

PENDAMPINGAN PENGUCAPAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA ARAB

BAGI SUKU SUNDA





Oleh :

Deni Supriadi, S.S, M.A.

 

 

 

 

 

 

 

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA’ARIF CIAMIS

Jl. Umar Saleh Imbanagara Raya Ciamis 46211 Telp./Fax. (0265) 772589

E-mail: stai_almaarif@yahoo.co.id

2020

PENDAMPINGAN PENGUCAPAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA ARAB

BAGI SUKU SUNDA

 

Abstrak

Pada masa sekarang ini begitu banyak bahasa yang kita dapat ketahui di dunia ini, baik berupa bahasa International ataupun bahasa nasional sekalipun. Tidak dipungkiri bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak sekali bahasa daerah. Selain itu sebagai penutur bahasa kita sangat jarang mengetahui unsur-unsur yang ada pada bahasa seperti tentang kajian fonetik. Karena fonetik adalah salah satu bagian pembelajaran linguistik yang mempelajari berbagai bunyi bahasa secara umum, dan tidak memperhatikan makna yang  tidak fungsional. Tetapi dalam penerapan ilmu bahasa pada saat ini masih sangat   banyak kalangan yang belum mengetahui unsur-unsur penting dalam bahasa  seperti fonetik terlebih dalam kajian fonetik bahasa Arab. Adapun objek material  penelitian yaitu pengucapan ( Kosakata bahasa Arab) dan pengembangan bahasa Arab yang diucapkan oleh penutur Bahasa Sunda. Selain itu antara keterkaitan bahasa Arab dengan bahasa daerah yaitu bahasa Sunda yang memang sangat menarik untuk dikaji, bagaimana keterkaitan sang penutur bahasa daerah dalam mengucapkan bahasa Arab yang merupakan bahasa asing bagi kalangan mereka walaupun bahasa Arab merupakan salah satu ciri bahasa umat Islam. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan   menganalisis data dan menggunakan penelitiaan pustaka dengan menggunakan buku dan jurnal yang terpercaya. Penelitian ini bertujuan dapat menghasilkan suatu ilmu pembelajaran fonetik bahasa Arab dengan penutur bahasa Sunda.

Kata kunci: Bahasa, Crowly, Fonetik

Abstract

At present there are so many languages that we can know in this world, whether in the form of international languages or even national languages. It is undeniable that Indonesia is a country that has many regional languages. In addition, as speakers of language, we rarely know the elements that exist in languages such as phonetic studies. Because phonetics is one part of linguistic learning that studies various language sounds in general, and does not pay attention to meaning that is not functional. But in the application of linguistics at this time there are still many people who do not know the important elements in languages such as phonetics especially in the study of phonetic Arabic. In addition, the relationship between Arabic and regional languages, namely Sundanese language which is very interesting to study, how the interrelation of the local language pentur in speaking Arabic which is a foreign language for their circles even though Arabic is one of the characteristics of the language of Muslims. The nature of this research is descriptive qualitative by analyzing data and using library research using trusted books and journals. This research can produce a phonetic learning of Arabic with speakers of regional languages that have a distinctive dialect that is collaborated with Crowly's theory.

Keywords: Language, Crowly, Phonetic

 

 

 

Pendahuluan

Bahasa adalah suatu huruf vokal atau konsonan yang dikeluarkan oleh manusia dengan tujuan untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya atau bahasa merupakan salah satu pembeda manusia dengan makhluk lain. Suatu sistem bunyi ujaran yang bersifat arbitrer atau sewenang- wenang (Muhammad, 2011, hal. 5), dengan adanya konsep ini substansi bahasa merupakan segala macam bunyi yang dihasilkan oleh manusia baik memiliki makna ataupun tidak bermakna. Selain itu bahasa juga merupakan suatu lembaga yang dengan keberadaannya bahasa memiliki segala peraturan yang dipatuhi oleh setiap manusia, suku dan komunitas yang saling memahami bahasa tersebut.

Begitupula dengan bahasa Arab yang merupakan bahasa pemersatu umat Islam diseluruh dunia, bahasa Arab juga memiliki ciri khas tersendiri antara pembedaan penyebutan domir laki-laki dan perempuan dengan kata lain mudzakar dan muannats. Selain itu bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki mufrodat atau kosakata yang sangat banyak dimana setiap satu kosakata memiliki dua mufrodat yang berbeda dikarenakan pembedaan antara domir laki-laki dan perempuan. Begitu pula perjalanan bahasa Arab yang sudah sangat lama, tetapi masih sangat sedikit pembelajaran bahasa Arab yang mengajarkan unsur bahasa seperti halnya fonetik. Padahal tidak dipungkiri bahwa fonetik merupakan salah satu unsur terpenting dalam berbahasa Arab aktif.

Selain itu bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Indonesia, penutur bahasa Sunda berada di wilayah Jawa tepatnya di Jawa Barat. Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa yang jumlah penuturnya terbanyak setelah bahasa Jawa atau bahasa terbesar sesudah bahasa Jawa. Karakteristik penutur bahasa Sunda adalah menyebutkan huruf [f] menjadi [p] dan masih banyak lagi keunikan yang dapat digali dari penutur bahasa Sunda. Selain itu keunikan lainnya terdapat pada seluruh kalangan yang memiliki dialek khas jika berbicara seperti diayunkan setiap katanya.

Jika pembelajaran kajian fonetik di pelajari dengan sungguh- sungguh maka akan sangat berdampat baik bagi pembelajaran bahasa Arab selanjutnya, seperti akan bertambahnya kefasihan dalam pengucapan setiap huruf bahasa Arab. Maka begitu pentingnya mengetahui unsur-unsur penting dalam berbahasa seperti unsur kajian fonetik ini, karena dengan pembelajaran kajian fonetik kemampuan dalam berbicara akan semakin fasih dan kemampuan dalam pemahaman ucapan atau tata bahasa yang keluar akan jelas dan baik tanpa adanya hambatan.

Kegiatan meneliti dapat ditentukan oleh paradigma (Subroto 2007: 6) paradigma adalah “A set of the assumptions, concepts, and propositions the are logically structured” (Muhammad, 2011) Maka, paradigma mempunyai tiga unsur penting: asumsi, konsep, dan proposisi. Dengan ketiga unsur tersebut maka akan dapat mempengaruhi jalannya sebuah penelitian. Atau dalam kata lain paradigma dalam penulisan adalah cara pandang umum peneliti terhadap fenomena atau kejadian nyata. Seperti dalam kajian fonetik bahasa Arab yang dikaitkan dengan penutur bahasa Sunda dan teori Crowley.

Dalam metode penelitian sudah banyak sekali yang membahas antara fonetik dengan unsur-unsur yang berkaitan dengan Al-Qur’an dan mufradat bahasa Arab seperti penelitian dari Ahmad Sayuti Anshari dengan judul yaitu Memanfaatkan Kajian Fonetik untuk Mengembangkan Pembelajaran Ilmu Tajwid, dan masih banyak penelitian yang berkaitan dengan kedua aspek tersebut yaitu aspek al-Qur’an dan Mufradat. Selain itu terdapat penelitian oleh Ahmad Suherman yang berjudul Perubahan Fonologis Kata-kata Serapan Bahasa Sunda dari Bahasa Arab. Begitu banyak penelitian yang membahas dari aspek fonologi sehingga akan sangat menarik jika tulisan ini membahas tentang kajian fonetik bahasa Arab yang di sangkutpautkan dengan bahasa daerah seperti bahasa Sunda dan dikaitkan kembali dengan teory Crowley.

Seluruh pemaparan di atas akan menjadi induk dari penulisan ini dengan tujuan menganalisis bahasa Arab yang dikatikan dengan penutur masyarakat Sunda yang dikaitkan dengan teori Crowley. Hal tersebut bermaksudkan bahwa betapa uniknya bahasa Arab jika diucapkan oleh penutur Sunda dengan berbagai kekhasan yang ada dalam dialek bahasa Sunda itu sendiri.

 

Pembahasan

Bahasa adalah kata yang tidak bisa terlepas dari manusia, karena manusia adalah ia yang berbahasa sebagai salah satu pembeda manusia dengan makhluk lainnya. Karena manusia dianugerahi kelebihan oleh sang pencipta dengan kemampuan berbicara atau bertutur kata kecuali bagi seseorang yang memiliki kekhususan seperti bisu dan tuli. Selain itu bahasa di seluruh dunia memiliki jumlah yang tidak dapat terhitung, bahkan bahasa daerah yang ada di Indonesia berdasarkan sensus Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan Kebudayaan pada akhir 2017 berjumlah 652 bahasa daerah. Jadi bayangkan berapa banyak bahasa yang ada di dunia, tidak terhitung bukan. Menurut data Ethlogue: Language of the World 2002 bahwa jumlah bahasa yang ada di seluruh dunia adalah berjumlah 6.000 bahasa yang di gunakan.

Bagaimana dengan hakikat bahasa Arab itu sendiri, bahasa Arab digunakan sebagai bahasa resmi oleh 22 Negara seperti Arab Saudi, Mesir, Irak, Lebanon dan masih banyak negara lainnya. Bahasa Arab bukanlah bahasa ibu bagi negara kita, karena bahasa ibu kita adalah bahasa Indonesia. Tetapi hal tersebut tidak menjadikan masyarakat untuk tidak mau mengenal bahasa Arab, terlebih bahasa Arab merupakan bahasa pemersatu umat Islam di seluruh dunia karena kitab Al-Qur’an di turunkan dalam bahasa Arab. Dengan segala upaya masyarakat pasti akan mempelajari bahasa Arab dengan mempelajari Al-Qur’an, tanpa mereka sadari.

Menjadi salah satu persoalan yaitu dalam proses pembelajaran bahasa Arab bahwa tidak semua orang dapat mengerti kajian fonetik yang benar terhadap pembelajaran bahasa Arab, karena memang minimnya pengajaran ilmu tersebut. Dan Bahasa Arab bukanlah bahasa ibu kita, sehingga menyebabkan sulitnya dalam hal mempelajarinya. Terlebih para penutur bahasa daerah yang memiliki dialek yang khas akan sedikit lebih sulit dalam hal mempelajarinya dengan baik dan sempurna. Karena sebaik- baiknya pribumi menguasai bahasa asing akan lebih baik sang pemilik bahasa yang menuturkannya atau bangsa Arab yang fasih terhadap bahasa Arab.

Karena pada hakikatnya sebaik-baiknya pengajar bahasa Arab adalah dari bangsa Arab itu sendiri yang mengajarkan bahasa Asing tersebut, terlebih karena bahasa Arab adalah bahasa ibu mereka sehingga mereka memiliki kefasihan yang memang sudah teruji. Tetapi tidak memutus kemungkinan mereka dapat menguasai bahasa ibu mereka dengan baik, tetapi mereka tidak dapat mengajarkan kepada kita dengan baik M. Terlebih dengan adanya teori Crowley yang akan semakin menjelaskan letak kesalahan bahasa Arab oleh penutur bahasa Sunda, yang akan semakin membuka mata kita bahwa bahasa Arab bukan lah bahasa yang mudah bagi kita maka hendaklah bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya. Maka dengan adanya problematika tersebut semakin mendorong bahwa betapa pentingnya pembelajaran fonetik pada setiap penutur bahasa.

1.      Definisi Fonetik Bahasa Arab

Fonetik adalah kajian dalam bidang ilmu pengetahuan yang menelaah atau meninjau cara manusia menghasilkan bunyi bahasa dalam sebuah ujaran atau kata dan menganalisis gelombang-gelombang bunyi bahasa yang di keluarkan oleh penutur dan dengan alat pendengaran manusia dalam menerima bunyi yang di keluarkan. Dalam pengertian lain bahwa fonetik merupakan suatu cabang ilmu Linguistik yang meneliti berbagai bunyi bahasa tanpa melihat apakah bunyi tersebut dapat di bedakan atau tidak maknanya, berbeda dengan istilah tersebut bahwa fonetik memiliki kembaran tetapi berbeda yaitu fonemik yang dalam pengaplikasiannya meneliti bunyi-bunyi bahasa dengan melihat hakikat bunyi tersebut sebagai persatuan yang dapat membedakan makna katanya. Menurut Clark dan Yallop (1990) fonetik adalah suatu cabang ilmu yang berkaitan dengan kajian tentang manusia dapat berbahasa mendengar dan memproses ujaran atau kata-kata yang diterima. Dan kajian fonetikin sangatlah berguna sebagai pengajaran diksi penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa asing, perbaikan kualitas bertutur agar menjadi fasih dalam pengucapan bahasa Arab. Selain itu kajian fonetik terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan tempat beradanya bahasa. Yaitu sebagai berikut:

a.              Fonetik Fisiologis

Dapat kita ketahui bahwa fonologis merupakan salah satu aspek yang berkaitan dengan manusia normal pada umumnya yang dapat menghasilkan berbagai bunyi bahasa yang dapat dikeluarkan dari organ- organ tuturnya, seperti bibir, lidah dan lainnya. Dalam istilah lain bahwa fisiologi merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji fungsi fisiologis pada manusia (Liberman, 1977:3). Maka dari itu bagi seseorang yang akan mempelajari bunyi-bunyi bahasa harus mengetahui bagaimana bunyi itu dapat dikeluarkan dan dari mana bunyi itu berasal. Dan harus mengetahui berbagai struktur mekanisme dari aspek pertuturan, memahami fungsi dari setiap mekanisme serta pernnya menghasilkan berbagai bunyi bahasa yang ada (Singh dan Singh, 1976:2). Jadi dalam bidang fonetik yang mengkaji tentang hasil bunyi-bunyi bahasa berdasarkan fungsi dari mekanisme biologis organ tutur manusia dinamakan fonetik fisiologis. Masnur Muslich Tetapi dalam hal lain dinyatakan oleh beberapa literatur, terkait istilah fonetik fisiologis jarang terpakai. Karena yang paling sering digunakan adalah fonetik artikulatoris.

b.             Fonetik Artikulatoris

Unsur fonetik yang satu ini sering disebut juga dengan nama lain fonetik organis, yang merupakan meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa dapat diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Sewaktu bunyi itu berada dalam sebuah proses produksi di dalam mulut penutur itulah yang dinamakan fonetik artikulatoris (Chaer, 2009, hal. 10), jadi segala yang diucapkan oleh sang penutur merupakan fonetik artikulatoris di dalamnya mencakup tentang masalah alat-alat ucap yang digunakan untuk memproduksi bunyi bahasa; bagaimana bunyi bahasa itu di buat; mengenai klasifikasi bunyi yang dihasilkan dan juga mengenai unsur-unsur atau ciri- ciri suprasegmental, seperti tekanan, jeda, durasi serta nada.

c.              Fonetik Akustis

Kajian fonetik akustis ini bersumber pada struktur fisik bunyi bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia memberikan tanggapan reaksi kepada bunyi-bunyi yang diterima (Malmberg, 1963:1). Terdapat tiga ciri bahasa yang mendapat penekanan dalam kajian fonetik akustis yaitu frekuensi, tempo dan kenyaringan. Kajian fonetik akustis berusaha untuk dapat menguraikan berbagai hal tentang bunyi bahasa yang ditanggapi dan dihasilkan oleh alat tutur manusia, bagaimana pergerakan bunyi-bunyi bahasa dalam ruang udara yang yang selanjutnya akan langsung dirangsang oleh alat pendengaran manusia(Muslich, 2018).

d.             Fonetik Auditoris

Fonetikauditorisataufonetikpersepsimerupakanpersoalanbagaimana manusia menentukan bunyi-bunyi yang diterima alat pendengarnya, dan kajian ini meneliti bagaimana seorang pendengar menaggapi bunyi yang di terimanya sebagai bunyi-bunyi yang diperlukan untuk diproses sebagai bunyi-bunyi bahasa yang bermakna. Atau dalam kata lain fonetik auditoris merupakan meneliti bunyi bahasa itu diterima oleh telinga sehingga bunyi- bunyi itu didengar dan dapat difahami.

Dari keempat aspek itu yang paling berkaitan dengan kajian fonetik bahas arab berada pada fonetik artikulatoris karena unsurnya berkenaan dengan masalah bahasa yang diproduksi atau dihasilkan. Seperti yang kita terjadi pada masyarakat terkait pembelajaran pengucapan bahasa Arab terdapat kekeliruan dalam pengucapannya terlebih dengan dialek khas yang ada pada penutur bahasa daerah seperti bahasa Sunda.

 

 

2.      Definisi Bahasa Arab

Bahasa merupakan salah satu pusat memahami dan pemahaman manusia, sebab melalui bahasa akan dapat diketahui pola fikir sistematika berpikir, kekayaan gagasan yang dimiliki dan kondisi psikologi seseorang. Bahasa juga dapat diartikan sebagai alat untuk memproduksi makna yang dikatakan oleh seseorang. Dalam pendapat lain Bahasa merupakan sistem tanda bunyi ujaran yang bersifat arbitrer atau sewenang-wenang sebagai bentuk, makna, situasi dan bahasa rentetan bunyi (Subroto dalam Muhammad, 2011:40). Bahasa   memiliki   sistem   dalam   pengucapan si penutur berupa sistem mengatur, bahasa merupakan lembaga yang memiliki pola-pola yang dipatuhi oleh setiap penutur walaupun si penutur tidak dalam kondisi sadar.

Bagaimana dengan bahasa Arab itu sendiri karena bahasa merupakan pengertian yang sangan general atau umum, dikarenakan semua orang di dunia ini pasti berbahasa kecuali bagi mereka yang memiliki kekhususan seperti bisu dan tuli. Bahasa Arab merupakan bahasa yang pola pembentukan katanya sangat beragam dan fleksibel, baik berupa derivasi (tashrif istiqaqi) ataupun dengan cara infleksi (tashrif i’rabi). Bahasa Arab sangat kaya akan mufradat atau kosa kata, dikarenakan ada pembedaan pada domir laki-laki dan perempuan. Sehingga satu mufrodat terdapat dua kosakata dikarenakan pembedaan domir tersebut, selain itu bahasa Arab memiliki keanekaragaman bentuk morfologis (wazan) dan makna yang dikandung di dalamnya. Selain itu bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an yang mau tidak mau harus dipelajari oleh setiap umat Islam, karena kitabnya yang di turunkan dalam bahasa Arab. Dan yang sudah pasti kita ketahui bahwa Bahasa Arab memiliki 28 huruf hijaiyah, yang menjadi tolak ukur dalam pembelajaran bahasa Arab di Indonesia.

3.      Definisi Bahasa Sunda

Dalam kehidupan sosial dan budaya bahasa memang sangat memiliki pengaruh besar terlebih untuk berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Seperti halnya bahasa daerah yang memiliki dialek khasnya masing-masing. Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia, dalam sejarahnya bahasa Sunda pada abad ke-19 Jawa Barat terbagi menjadi lima kerisidenan yaitu Batavia, Banten, Karawang, Priangan, dan Cirebon (Agus Mulyana, 2015:15). Dalam masing-masing wilayah di pimpin oleh seorang bupati. Bagian terbesar penduduk yang ada di Jawa Barat adalah orang Sunda atau suku bangsa Sunda itu sendiri, sehingga menjadikan orang Sunda sebagai penduduk asli di wilayah tersebut. Walaupun terdapat suku bangsa lain yang menempati wilayah tersebut seperti Banten, Jawa dan lainnya tetapi hanya minoritas saja. Hal itu yang menjadikan suku Sunda di pandang sebagai penduduk asli wilayah Jawa Barat dikarenakan jumlahnya lah yang mayoritas dari suku lainnya. Secara tidak langsung maka bahasa Sunda lah yang menjadi bahasa pribumi di tanah Jawa Barat dikarenakan jumlah penutur bahasa Sunda disana merupakan bahasa pribumi.

Bahasa Sunda juga memiliki Undak-usuk Basa yang berarti bahasa halus dan bahasa kasar, bahasa tersebut juga mempengaruhi dialek bagi penutur dalam mengucapkan sesuatu. Karena pada hakikatnya penutur yang menggunakan bahasa kasar akan lebih keras dalam pengucapan kosakatanya berbeda dengan penutur yang sering menggunakan bahasa halus dalam pengucapannya maka akan lebih tenang dan intonasi yang halus dalam pengucapannya. Selain itu bahasa Sunda juga merupakan bahasa yang memiliki pelemahan dalam bunyinya, berdasarkan penelitian oleh penulis bahwa penutur bahasa Sunda memiliki pelemahan huruf dimana jika menyebutkan huruf F menjadi P, Z menjadi J, dan masih banyak lagi pelemahan huruf yang terjadi pada penutur bahasa Sunda. Selain itu bahasa Sunda memiliki dialek tersendiri bagi para penuturnya, dikarenakan nadanya yang seperti di ayun-ayun kan dan pelan dalam penuturannya. Selain itu penutur Sunda memiliki kelemahan dalam pengucapan bahasa Arab seperti pengucapan [fa] menjadi [pa] dan masih banyak lagi hal menarik yang kita dapat gali dari bahasa Arab yang diucapkan oleh penutur Sunda.

 

 

Transkripsi Fonetik Bahasa Arab

Transkripsi fonetik adalah suatu perekaman bunyi dalam sebuah bentuk lambang tulisan. Lambang bunyi atau lambang fonetis yang paling sering dipakai adalah lambang bunyi yang ditetapkan oleh The International Phonetic Assosiation (IPA), merupakan persatuan para peneliti bahasa yang sudah berdiri pada akhir abad ke-19. Dengan didirikannya bertujuan untuk mempopulerkan metode baru dalam pembelajaran bahasa yang lebih merujuk kepada penekanan pengajaran bahasa lisan. Sistem lambang yang digunakan oleh IPA sering di sebut dengan The International Phonetic Alphabet yang sering disebut dengan Alfabet IPA, selain itu bahasa Arab juga sudah memiliki transkripsi fonetik IPA berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab latin yang merupakan keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada tahun 1987 No. 158 dan No:0543b/U/1987. Adapun transkripsi fonetik bahasa Arab dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Transkripsi Fonetik Bahasa Arab

 

Huruf Arab

Nama

Transkipsi

Otografis

Transkripsi IPA

ا

alif

Tidak dilambangkan

Ɂ

ب

ba

b

b

ت

ta

t

t

ث

ṡa

θ

ج

jim

J

ʒ

ح

ḥa

ħ

خ

kha

kh

x

د

dal

d

d

ذ

żal

żal

ð

ر

ra

r

r

ز

zai

z

z

س

sin

s

s

ش

syin

sy

ʃ

ص

ṣa

ض

ḍa

ط

ṭa

ظ

ẓa

ðˁ, zˁ

ع

‘ain

‘_

ʕ

غ

g

g

ɣ

ف

fa

f

f

ق

qaf

q

q

ك

kaf

k

k

ل

lam

l

l

م

mim

m

m

ن

nun

n

n

و

wau

w

h

ه

ha

h

w

ء

hamzah

_’

-

ي

ya

Y

j

 

Tabel 2. Penambahan pada Huruf Mad (Panjang)

 

ا

a:

ي

i:, e:

و

u:, o:

َ

a

ِ

i

ُ

u

 

 

Kajian Fonetik Bahasa Arab oleh Penutur Remaja Sunda

Seperti yang sudah di sebutkan dalam penjelasan sebelumnya bahwa bahasa Sunda memiliki dialek yang khas, sehingga akan sedikit sulit dalam pengucapan bahasa Arab. Seperti pada pengucapan mufrodat pada tabel 3:

Tabel 3. Pengucapan ف [fa] menjadi ف [pa]

No.

Posisi

Kosa Kata

Transkipsi Fonetik IPA

Transkipsi

Otografis

Cara Pengucapan Penutur

Transkipsi Fonetik IPA

Perubahan Bunyi

1.

Awal

فَ ِق َا

[faqima:]

[faqimā]

فَ ِق َا

[paqima:]

f menjadi p

2.

Awal

ِف َر ِش

[ firaʃi ]

[firasyi]

ِف َر ِش

[ piraʃi ]

f menjadi p

3.

Awal

فَ َر َد

[farada]

[farada]

فَ َر َد

[parada]

f menjadi p

4.

Awal

فَ َر  ُغ

[faraɣu]

[faragu]

فَ َر  ُغ

[paraɣu]

f menjadi p

5.

Awal

فَ َصحاَ

[fasˁaħa:]

[faṢaḤā]

فَ َصحاَ

[pasˁħa:]

f menjadi p

6.

Tengah

قُ ُفلَ

[qufula]

[qafula]

قُ ُفلَ

[qupula]

f menjadi p

7.

Tengah

نُ َفلَ

[nufala]

[nafala]

نُ َفلَ

[nupala]

f menjadi p

8.

Tengah

ِف ُع ْو شَ

[ ʃafiʕu:]

[syafi’ū]

شَ ِف ُع ْو

[ ʃapiʕu:]

f menjadi p

9.

Tengah

نَفَ َق

[nafaqa]

[nafaqa]

نفق

[napaqa]

f menjadi p

10.

Akhir

يَ ِد َف

[jadifa]

[yadifa]

يَ ِد َف

[jadipa]

f menjadi p

11.

Akhir

َح ْذ ُف

[ħaðfu]

[Ḥażfu]

َح ْذ ُف

[ħaðpu]

f menjadi p

12.

Akhir

نَ ِظ َف

[naðˁifa]

[naẓifa]

نَ ِظ َف

[naðˁipa]

f menjadi p

 

Pada tabel 3 dapat dilihat terkait perubahan ف [fa] menjadi ف [pa] perubahan tersebut dikarenakan kesulitan penutur Sunda dalam pengucapan [f] yang merupakan bukan huruf asli dari bahasa Sunda. Karena memang pada dasarnya bahwa masyarakat Sunda sudah dapat di deskripsikan dengan cara perspektif, seperti pada dialek bahasa Sunda itu sendiri. Selain itu bagi penutur Sunda yang memang sering mengalami kesulitan dalam pelafalan [f] menjadi [p] ternyata berdasarkan kondisi arkeologi bahwa bahasa dan aksara Sunda memang pada dasarnya tidak terdapat [f] sehingga wajar saja masyarakat Sunda sangat sulit dalam pengucapannya, karena memang hanya ada [p] pada masa itu. Tetapi dengan perkembangan zaman bahasa Sunda telah memasukan [f] dalam aksaranya, tetapi dikarenakan sudah mendarah daging dalam penuturannya sehingga menyebabkan kesulitan untuk merubahnya terutama pada kalangan orang tua. Mahmud Fasya (2012: 5) mengatakan bahwa kesulitan untuk merubah para penutur bahasa Sunda dalam pelafalan [f] menjadi [p] akan sangat sulit dikarenakan ketika seseorang belajar bahasa kedua setelah bahasa pertamanya, si penutur akan mendapatkan bunyi yang berbeda dari bahasa pertamanya. Dalam hal ini penutur bahasa Sunda akan sangat kesulitan, karena bagi penutur bahasa baru adalah sesuatu yang asing dan sulit untuk diterapkan.

Tabel 4. Pengucapanز [z] menjadi ج [Ʒ]

No.

Posisi

Kosa Kata

Transkipsi Fonetik IPA

Transkipsi

Otografis

Cara Pengucapan Penutur

Transkipsi Fonetik IPA

Perubahan Bunyi

1.

Awal

َو َز َك

[wazaka]

[wazaka]

َو َج َك

[waƷaka]

z menjadi

Ʒ

2.

Tengah

اَلْ  َخيْ َز َران

[al- xai:rzaraa:n]

[al-

khaizarān]

اَلْ  َخ ْي  َج َران

[al-

xai:rƷaraa:n]

z menjadi

Ʒ

3.

Akhir

َوقُ ُز

[waquzu]

[waquzu]

َوقُ ُج

[waquƷa]

z menjadi

Ʒ

Dapat terlihat pada tabel 4 terdapat kesalahan pada pengucapan [z] menjadi [Ʒ], jika kita analisis kenapa terjadi kesalahan dalam pembacaan oleh penutur padahal kedua huruf itu sangat jauh berbeda dalam pengucapannya. Berdasarkan titik artikulasinya [z] berasal dari alveolar sedangkan [Ʒ] berasal dari postalveolar. Dan kesalahan penyebutan dari

[z] menjadi [Ʒ] dikarenakan [z] bukanlah huruf asli bahasa Indonesia seperti halnya [f]. Maka dari itu akan sangat memungkinkan salah dalam pengucapannya.

Tabel 5. Pengucapan ه [h] menjadi ح [ħ]

No.

Posisi

Kosa Kata

Transkipsi Fonetik IPA

Transkipsi

Otografis

Cara Pengucapan Penutur

Transkipsi Fonetik IPA

Perubahan Bunyi

1.

Awal

ِه ََرا

[hijara]

[hayarā]

ِح ََرا

[ħijara:]

h menjadi ħ

2.

Tengah

َم َه َدا

[mahada:]

[mahadā]

َم َح َدا

[maħada:]

h menjadi ħ

3.

Akhir

ِميَ َها

[miyaha:]

[miyahā]

ِم َي َحا

[miyaħa:]

h menjadi ħ

 

Begitupula dengan huruf [h] menjadi [ħ] huruf ini merupakan salah satu huruf yang berbeda tetapi terdapat kesamaan dalam tempat keluarnya huruf. Irfan Abu Hawariyah (2009: 17) mengatakan bahwa [h] merupakan huruf yang berada di tenggorokan bagian bawah sedangka [ħ] merupakan huruf yang berada di bagian tengah tenggorokan. Sedangkan berdasarkan artikulasinya [h] dan [ħ] memiliki kesamaan yaitu berada dibagian pharungeal tetapi memiliki posisi yang berbeda. [h] berada diposisi bagian bawah sedangkan [ħ] berada diposisi bagian tengah. Terjadinya kesalahan dikarenakan terkecohnya penutur dalam pengucapan huruf karena tempat keluarnya huruf yang sama menjadikan penutur salah dalam pengucapan huruf tersebut.

Tabel 6. Pengucapan ش [ʃ] menjadi س [s]

 

No.

Posisi

Kosa Kata

Transkipsi Fonetik IPA

Transkipsi

Otografis

Cara Pengucapan Penutur

Transkipsi Fonetik IPA

Perubahan Bunyi

1.

Awal

َ َرش  َع

[ʃaraʕa]

[syara’a]

َ َرس  َع

[saraʕa]

ʃ menjadi s

2.

Awal

شَ ِف ُع ْو

[ʃafiʕu:]

[syafig ū]

َس ِف ُع ْو

[sapiʕu:]

ʃ menjadi s

3.

Awal

شَ َج َر ٌة

[ʃaƷaratun]

[syajaratun]

َس َج َرةٌ

[saƷaratun]

ʃ menjadi s

4.

Tengah

اَلْ ُعشْ  َب

[al-ʕuʃƷba]

[al-‘usyba]

اَلْ ُع ْس  َب

[al-ʕusba]

ʃ menjadi s

5.

Akhir

يَ َر ِش

[jaraʃi]

[yarasyi]

يَ َر ِس

[jaƷs]

ʃ menjadi s

 

Bagaimana dengan kesalahan yang berada di tabel 6, jika kita lihat kesalahan terjadi pula pada saat penutur menyebutkan [ʃ] menjadi [s]. Jika kita tinjau kembali tentang kesalahan yang terjadi oleh penutur jika dilihat dari dialek penutur Sunda [ʃ] dan [s] bukanlah huruf yang sulit bagi penutur, melainkan kesalahan terjadi dikarenakan tempat keluarnya lah yang menjadi pengecoh bagi penutur dalam mengeluarkan mufrodat bahasa Arab tersebut. Dan berdasarkan titik artikulasinya [ʃ] berada di bagian pestalveolar dan [s] berada dibagian veolar begitu pula dengan pengertian ilmu tajwid berdasarkan pernyataan Abu Umammah (2019: 9-10) mengatakan bahwa tempat keluarnya [ʃ] dan [s] merupakan sama- sama di lidah tetapi tempat hurufnya yang berbeda, jika [ʃ] tempatnya berada di tengah lidah yang bersamaan dengan tengah langit-langit sedangkan [s] berada pada ujung lidah.

 

 

 

 

Tabel 7. Pengucapan ع [ʕ] menjadi أ [Ɂ]

No.

Posisi

Kosa Kata

Transkipsi Fonetik IPA

Transkipsi

Otografis

Cara Pengucapan Penutur

Transkipsi Fonetik IPA

Perubahan Bunyi

1.

Awal

َع ِظ ُم

[ʕadimu]

[‘aẓimu]

أَ ِظ ُم

[ʔadimu]

ʕ menjadi ʔ

2.

Awal

َق َم ْن َع

[ʕaqaman]

[‘aqaman]

أَقَ َم ْن

[ʔaqman]

ʕ menjadi ʔ

3.

Awal

َع َم َد

[ʕamada]

[‘amada]

أَ َم َد

[ʔamada]

ʕ menjadi ʔ

4.

Akhir

بَ َيع

[bajaʕa]

[baya’a]

بَ َيأ

[bajaʔa]

ʕ menjadi ʔ

5.

Akhir

َو ِق ُع

[waqiʕu]

[waqi’u]

َو ِقأُ

[waqiʔu]

ʕ menjadi ʔ

6.

Akhir

َواس ُع

[wa:siʕu]

[wāsi’u]

َواسأُ

[wa:siʔu]

ʕ menjadi ʔ

7.

Akhir

اَلْ ِج ْذ ُع

[al-Ʒiðʕu]

[al-jiż’u]

اَلْ ِج ْذأُ

[al-Ʒiðʔu]

ʕ menjadi ʔ

 

Dalam tabel 7 dapat terlihat kekeliruan antara [?] menjadi [?], jika ditinjau kesalahan hampir mirip dengan tabel-tabel sebelumnya yaitu kekeliruan dalam pengucapan huruf tetapi pada hal ini tempat keluarnya huruf itu berbeda. Berdasarkan titik artikulasinya [?] dan [?] memiliki posisi yang sama yaitu di pharyngeal hanya berbeda dalam posisinya [?] berada di pharyngeal bagian tengah sedangkan [Ɂ] berada dibagian bawah pharyngeal.

No.

Posisi

Kosa Kata

Transkipsi Fonetik IPA

Transkipsi

Otografis

Cara Pengucapan Penutur

Transkipsi Fonetik IPA

Perubahan Bunyi

1.

Awal

ِص َض  َت

[sˁidˁata]

[ṣiḍata]

ِس َض  َت

[sidˁata]

sˁ menjadi s

2.

Tengah

يَ ِ  ُر

[yasˁiru]

[yaṣiru]

يَ ِ ُرس

[yasiru]

sˁ menjadi s

3.

Tengah

اَلْ ُغ ِص ُن

[al-usˁinu]

[al-guṣinu]

الغ ِسُن

[al-ɣusinu]

sˁ menjadi s

4.

Akhir

نَ َراص

[narasˁi]

[nara:ṣi]

نَ َراس

[nara:si]

sˁ menjadi s

 

merupakan hal unik yang harus segera dibenarkan. Kedua huruf berada dalam kondisi kasrah, tetapi masih saja dapat mengecoh penutur. Jika dilihat dari titik artikulasinya [sˁ] berada di bagian postalveolar sedangkan [s] berada di bagian alveolar, kesalahan penutur dalam pengucapannya disebabkan oleh terkecohnya dalam pengeluaran huruf tersebut.

 

 Kajian Fonetik Bahasa Arab oleh Penutur Remaja Sunda Berdasarkan Teori Crowley

Teori Crowley merupakan teori yang membahas mengenai perubahan bunyi, Crowley (1987: 71) mengatakan bahwa ada tiga buah jenis perubahan bunyi yaitu: a) perubahan fonetis tanpa adanya perubahan fonem, b) perubahan fonetis dengan perubahan fonem itu sendiri c) perubahan fonem tanpa perubahan fonetis. Pada kesempatan kali ini yang akan dikaji lebih dalam yaitu perubahan bunyi yang tidak menimbulkan perubahan makna. Dalam teori perubahan bunyinya Crowley lebih berfokus pada tataran kata, frasa, dan kalimat. Adapun pembagian teori Crowley berdasarkan mufrodat di atas adalah sebagai berikut:

1.             Penguatan Bunyi

Berdasarkan teori Crowley bahwa penguatan bunyi merupakan suatu perubahan dari suatu bunyi yang relatif lemah berubah menjadi bunyi yang relatif kuat. Dikarenakan dalam teorinya Syamsul Hadi dkk (2003: 127) mengatakan bahwa terjadi penguatan [f] menjadi [p] dikarenakan bahwa

[f] bukanlah fonem asli dari bahasa Indonesia, begitu pula dengan [z] dan

[Ʒ]. Dengan demikian bahwa wajar sekali penutur bahasa Sunda sangat

kesulitan dalam penyebutan huruf [f] dikarenakan huruf [f] bukanlah fonem asli dari bahasa Indonesia.

Kosa Kata

Cara Pengucapan Penutur

Teori Crowley

فَ ِق َا

فَ ِق َا

penguatan bunyi

ِف َر ِش

ِف َر ِش

penguatan bunyi

فَ َر َد

فَ َر َد

penguatan bunyi

فَ َر  ُغ

فَ َر  ُغ

benguatan bunyi

فَ َصحاَ

فَ َصحاَ

penguatan bunyi

قُ ُفلَ

قُ ُفلَ

penguatan bunyi

نُ َفلَ

نُ َفلَ

penguatan bunyi

شَ ِف ُع ْو

شَ ِف ُع ْو

penguatan bunyi

نَفَ َق

نفق

penguatan bunyi

يَ ِد َف

يَ ِد َف

penguatan bunyi

َح ْذ ُف

َح ْذ ُف

penguatan bunyi

نَ ِظ َف

نَ ِظ َف

penguatan bunyi

َو َز َك

َو َج َك

penguatan bunyi

اَلْ  َخيْ َز َران

اَلْ  َخ ْي  َج َران

penguatan bunyi

َوقُ ُز

َوقُ ُج

penguatan bunyi

 

2.    Aferesis

Penanggalan bunyi dari awal sebuah ujaran, dan terbagi menjadi 4 bagian : Isim Mamdud adalah isim yang huruf akhirnya hamzah dan huruf sebelumnya alif. Isim Manqush adalah isim yang huruf akhirnya ya tanpa titik dan harakat sebelumnya kasroh. Isim Maqshur adalah isim yang huruf akhirnya berupa ya tanpa titik dan harokat sebelumnya fathah. Sedangkan Isim Mansub adalah isim yang ber ya nisbah di akhir. Dalam bahasa yang mudah difahami bahwa aferesis adalah penghilangan bunyi pada awal kata, atau menghilangkan unsur konsonan diawal mufradat bahasa Arab.

Kosa Kata

Cara Pengucapan Penutur

Teori Crowley

َع ِظ  ُم

أَ ِظ ُم

aferesis

َع َق َم ْن

أَقَ َم ْن

aferesis

َع َم َد

أَ َم َد

aferesis

 

3.             Sinkope

Perubahan yang terjadi adalah pelepasan bunyi pada posisi tengah kata yang dapat menyebabkan terbentuknya urutan konsonan. Dengan kata lain penghilangan bunyi ini akan banyak di temukan pada huruf vokal dan huruf mad dalam ilmu tajwid.

Kosa Kata

Cara Pengucapan Penutur

Teori Crowley

َواس ُع

َواسأُ

sinkope

نَ َراص

نَ َراس

sinkope

4.             Pengenduran Bunyi

Terjadi karena beberapa fonem khas bahasa Arab yang terserap oleh bahasa Indonesia sering dilambangkan dengan dua huruf hal ini yang membuat pengenduran dalam pengucapan. Dalam bahasa tajwidnya yaitu mad tabi’i.

Kosa Kata

Cara Pengucapan Penutur

Teori Crowley

ِه ََرا

ِح ََرا

pengenduran bunyi

َم َه َدا

َم َح َدا

pengenduran bunyi

ِم َي َها

ِم َي َحا

pengenduran bunyi

فَ ِق َا

فَ ِق َا

pengenduran bunyi

فَ َصحاَ

فَ َصحاَ

pengenduran bunyi

شَ ِف ُع ْو

شَ ِف ُع ْو

pengenduran bunyi

َح ْذ ُف

َح ْذ ُف

pengenduran bunyi

اَلْ  َخيْ َز َران

اَلْ  َخ ْي  َج َران

pengenduran bunyi

شَ ِف ُع ْو

َس ِف ُع ْو

pengenduran bunyi

َواس ُع

َواسأُ

pengenduran bunyi

اَلْ ِج ْذ ُع

اَلْ ِج ْذأُ

pengenduran bunyi

نَ َراص

نَ َراس

pengenduran bunyi

5.             Epentesis

Adalah penyisipan bunyi/huruf vokal ke dalam kata.

Kosa Kata

Cara Pengucapan Penutur

Teori Crowley

ِه ََرا

ِح ََرا

epentesis

َم َه َدا

َم َح َدا

epentesis

ِم َي َها

ِم َي َحا

epentesis

يَ َر ِش

يَ َر ِس

epentesis

َع ِظ  ُم

أَ ِظ ُم

epentesis

َع َق َم ْن

أَقَ َم ْن

epentesis

َع َم َد

أَ َم َد

epentesis

بَ َيع

بَ َيأ

epentesis

َو ِق ُع

َو ِقأُ

epentesis

 

َواس ُع

َواسأُ

epentesis

اَلْ ِج ْذ ُع

اَلْ ِج ْذأُ

epentesis

ِص َض  َت

ِس َض  َت

epentesis

نَ َراص

نَ َراس

epentesis

6.             Asimilasi

Adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip/sama dengan bunyi lain di dekatnya. Perubahan ini banyak terjadi pada mufrodat yang dikaji dalam karya ilmiah ini, dikarenakan banyaknya kekeliruan penutur dalam mengucapkan mufrodat tersebut.

Kosa Kata

Cara Pengucapan Penutur

Teori Crowley

فَ ِق َا

فَ ِق َا

asimilasi

ِف َر ِش

ِف َر ِش

asimilasi

فَ َر َد

فَ َر َد

asimilasi

فَ َر  ُغ

فَ َر  ُغ

asimilasi

فَ َصحاَ

فَ َصحاَ

asimilasi

قُ ُفلَ

قُ ُفلَ

asimilasi

نُ َفلَ

نُ َفلَ

asimilasi

شَ ِف ُع ْو

شَ ِف ُع ْو

asimilasi,

نَفَ َق

نفق

asimilasi

يَ ِد َف

يَ ِد َف

asimilasi

َح ْذ ُف

َح ْذ ُف

asimilasi

نَ ِظ َف

نَ ِظ َف

asimilasi

ِه ََرا

ِح ََرا

asimilasi

َم َه َدا

َم َح َدا

asimilasi

 

 

7.             Paragog

Adalah penambahan bunyi pada akhir kata, untuk memperindah bunyi dan agar mudah untuk di lafalkan (Kridalaksana, 1984: 139).

Kosa Kata

Cara Pengucapan Penutur

Teori Crowley

َح ْذ ُف

َح ْذ ُف

paragog

َوقُ ُز

َوقُ ُج

paragog

َ َرش  َع

َ َرس  َع

paragog

يَ َر ِش

يَ َر ِس

paragog

َع ِظ  ُم

أَ ِظ ُم

paragog

بَ َيع

بَ َيأ

paragog

َو ِق ُع

َو ِقأُ

paragog

َواس ُع

َواسأُ

paragog

يَ ِ  ُر

يَ ِ ُرس

paragog

اَلْ ُغ ِص ُن

الغ ِس ُن

paragog

نَ َراص

نَ َراس

paragog

8.             Lenisi

Merupakan suatu kondisi perubahan bunyi yang kuat menjadi sebuah bunyi yang lemah, dalam teori ini bunyi bersuara dipandang lebih kuat daripada bunyi yang tidak memiliki suara. Atau jika kita kaitkan dengan bahasa Arab bahwa bunyi huruf hidup lebih kuat daripada huruf sukun atau huruf vokal lebih kuat daripada huruf konsonan.

9.             Reduksi Konsonan Rangkap

Konsonan yang berurutan di dalam sebuah kata tanpa ada vokal yang disisipkan diantaranya. Reduksi Konsonan Rangkap adalah pelepasan satu konsonan pada konsonan rangkap.

Adalah sebuah huruf konsonan yang berurutan pada sebuah kata tanpa adanya huruf vokal di dalamnya, atau dalam kata lain reduksi konsonan rangkap adalah pelepasan satu konsoanan pada konsonan rangkap di

depannya. Atau dalam istilah tajwid kita dapat mengenalnya dengan huruf bertasdid, karena pada cabang Ilmu Arudh mengatakan bahwa segala sesuatu yang dibaca maka itu yang di tulis atau huruf yang bertasdid adalah memiliki huruf ganda maka kedua huruf itulah yang ditulis dan tidak hanya satu huruf dan diberi tasdid di atasnya.

10.         Kompresi

Proses pelepasan satu kata atau lebih di akhir atau di tengah kata penghilangan terjadi pada kata tunggal dan kata yang tersusun dari sebuah frase maupun kalimat.

11.         Metatesis

Adalah perubahan pada letak huruf, bunyi atau suku kata dalam sebuah kata. Perubahan ini jarang terjadi dalam bahasa Arab.

12.         Monoftongisasi

Perubahan karena bergabungnya dua bunyi yang berbeda menjadi sebuah bunyi tunggal dan kemudian mengandung sebuah ciri fonetis dari kedua bunyi semula.

13.         Disimilasi

Adalah perubahan yang terjadi bila dua bunyi yang awalnya sama menjadi tidak sama.

Dari uraian contoh teori Crowley di atas, dapat kita fahami bahwa kesalahan pengucapan penutur dapat menyebabkan berbedanya teori Crowley dan satu mufrodat dapat memliki unsur lebih dari satu dan berbeda-beda.

Kesimpulan

Kajian fonetik bahasa Arab sangat memiliki peran penting dalam setiap metode pembelajaran, terutama masyarakat umum tidak memandang suku dan budaya karena dengan adanya kajian fonetik dapat kita ketahui letak kesalahan yang sering terjadi di kalangan masyarakat umum. Berdasarkan penjabaran materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya penelitian ini dapat membuktikan dan meyakinkan bahwa Kajian Fonetik Bahasa Arab memang sangat penting untuk dipelajari oleh masyarakat umum terlebih umat Islam dikarenakan bahasa Arab merupakan bahasa pemersatu bagi Agama.

Dan penelitian ini dapat membuktikan bahwa dialek daerah yang sangat beragam memang sudah menjadi akar bagi para penuturnya, agar dapat belajar bahasa Arab dengan baik maka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak dalam keadaan menyerah walaupun bahasa kedua akan sangat sulit untuk dipelajari. Dan dengan adanya teori Crowley semakin memberikan titik terang bahwa keunikan dialek penutur Sunda jika disandingkan dengan bahasa Arab menjadi suatu keunikan tersendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Abdurrohim, Abu Umamah, Modul Tajwid, Yogyakarta, 2019.

Astari, Rika, Syamsul Hadi, Soepomo Poedjosoedarmo, dan Suhandano Suhandano. “PENGARUH BUDAYA TERHADAP ISTILAH SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM BAHASA ARAB*.” Adabiyyāt:

Jurnal Bahasa dan Sastra 13, no. 2 (31 Desember 2014): 253. https:// doi.org/10.14421/ajbs.2014.13205.

Chaer, Abdul. "Fonologi," PT.Rineka Cipta,2009.

Fahrurrozi,       Aziz.    “PEMBELAJARAN  BAHASA       ARAB :

PROBLEMATIKA    DAN   SOLUSINYA.”          ARABIYAT:     Jurnal

Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban 1, no. 2 (28 Desember

2014).  https://doi.org/10.15408/a.v1i2.1137.

Hawariyyah, Irfan Abu, Risalah Tartil Al Qur’an (Sukabumi: At Tartil Press, 2009).

Hidayat, Muhammad Syaiful Bahri. “PEMBELAJARAN FONOLOGI ARAB DENGAN MINIMAL PRAISE DAN TONGUE TWISTER.”

Tarling : Journal of Language Education 2, no. 2 (31 Juli 2019):

197–216.         https://doi.org/10.24090/tarling.v2i2.2924.

Izzan, H. Ahmad. “Metodologi pembelajaran bahasa Arab,” Humaniora Utama Press, 2011.

Lubis, Nina H. Sejarah Banten Membangun Tradisi dan Peradaban, 2014. Mangoendikaria, Mas. Kamus Sunda Dialek Banten. 1. Banten, 2014.

Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, 2011. Mulyana, Agus. Negara Pasundan 1947-1950, 2015. Muslich, Masnur. Fonologi Bahasa Indonesia, 2018.

Owens, Jonathan. “The Oxford Handbook of Arabic Linguistics,” t.t., 540. Suherman, Ahmad. “Perubahan Fonologis Kata-kata Serapan Bahasa

Sunda dari Bahasa Arab: Studi Kasus pada Masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia,” 2012, 18.

Zainuri, Muhammad. “PERKEMBANGAN BAHASA ARAB DI INDONESIA.” Tarling : Journal of Language Education 2, no. 2 (31 Juli 2019): 231–48. https://doi.org / 10.24090 / tarling.v2i2.2926.

 



STAI ALMAARIF CIAMIS

STAI ALMAARIF CIAMIS

GALERI WISUDA KAMPUS